REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Sebanyak 30 karyawan Toko HF di Jalan Semarang, Surabaya akhirnya dipecat pascalarangan Shalat Jumat yang tidak diindahkan para pekerja Muslim itu.
"Mereka melapor ke PWNU dan sekarang kami advokasi mereka ke Disnaker Surabaya," kata Ketua PW Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBH NU) Jatim H Moh Maruf Syah SH MH di Surabaya, Rabu (20/6).
Bahkan, katanya, pemecatan juga dilakukan terhadap karyawan toko non-Muslim yang ikut memperjuangkan Shalat Jumat melalui serangkaian unjuk rasa.
"Sekjen Federasi Serikat Buruh Kerakyatan Jatim Mahfud Zakaria akhirnya melapor kepada Ketua PWNU Jatim KH Mutawakkil Alallah, lalu kami diminta membantu," paparnya.
Dalam laporannya, SBK Jatim mencatat pelarangan Shalat Jumat itu sudah berlangsung lama melalui "Giliran Jadwal Jumat" yakni Jumat pertama untuk 11 karyawan, Jumat kedua untuk sembilan karyawan, dan Jumat ketiga untuk 10 karyawan.
"Untuk Jumat keempat akan kembali ke kelompok giliran pertama dan begitu seterusnya, sehingga seorang karyawan hanya dua kali Shalat Jumat dalam satu bulan, padahal seharusnya empat kali," ucapnya, mengungkapkan.
Larangan itu menimbulkan gejolak, sehingga karyawan Muslim pun melanggar larangan itu, namun mereka justru dipecat, kemudian pengurus SBK di toko itu juga "di-polisi-kan" ke Polrestabes Surabaya.
"Sekarang, kami sedang memproses laporan mereka ke Disnaker Kota Surabaya. Sampai hari ini, kami masih menunggu respons Disnaker Kota Surabaya untuk mempertemukan kami dengan pemilik toko guna berdialog," tukasnya.
Ia menambahkan pihak perusahaan seharusnya memahami kewajiban shalat yang tidak dapat ditinggalkan, karena itu mekanisme "giliran shalat" itu juga salah dan tidak bisa dibenturkan dengan pilihan untuk shalat atau PHK.
Sebelumnya, staf HRD Toko HF, Gunawan menyatakan apa yang terjadi selama ini hanya salah paham, karena perusahaan hanya ingin pekerjaan tetap berjalan pada hari Jumat. "Tapi, mekanismenya memang masih ada masalah," kilahnya.