Sabtu 16 Jun 2012 13:01 WIB

Inilah Asal-Muasal Batik di Nusantara (2)

Rep: Devi Anggraini Oktavika/ Red: Heri Ruslan
Kain batik
Foto: Tahta/Republika
Kain batik

REPUBLIKA.CO.ID, Di Jawa, selain arca Prajnaparamita, sejumlah arca lain melengkapi catatan rekam jejak batik. Catatan dalam laman batiksolo.asia menyebutkan, pada patung emas Syiwa  di Gemuruh Wonosobo (dibuat pada abad 9 M), terdapat motif dasar lereng. Sedangkan pakaian patung Ganesha di Candi Banon (abad 9 M) di dekat Candi Borobudur dihiasi oleh motif ceplok.

Motif batik juga ditemukan dalam motif pada patung Padmipani di Jawa tengah (diperkirakan dibuat sekitar abad 8-10 M). Motif liris melekat pada patung Manjusri di Ngemplak, Semongan, Samarang (abad 10 M).

Dalam beberapa literatur, sejarah perbatikan di Indonesia sering dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit (1293-1500 M) dan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Penemuan arca dalam Candi Ngrimbi dekat Jombang yang menggambarkan sosok Raden Wijaya menegaskan hal itu. Raja pertama Majapahit yang memerintah pada 1294-1309 M itu mengenakan kain batik bermotif kawung.

Karena itulah, kesenian batik diyakini telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan diwariskan secara turun temurun. Selanjutnya, wilayah Majapahit yang luas membuat batik dikenal semakin luas di Nusantara.

Namun menurut KRT Hardjonagoro, pakar terkemuka batik Indonesia, meski bermula pada masa Majapahit, sejarah dan perkembangan batik di Nusantara mulai terekam sejak masa Kerajaan Mataram Islam (berdiri abad ke-17) di Jawa Tengah. Di antara rekaman sejarah batik itu, yang dapat ditelusuri dari Keraton, adalah keberadaan motif porong rusak dan semen rama.

Awalnya, ia digunakan sebagai hiasan pada daun lontar yang berisi naskah atau tulisan, agar tampak lebih menarik. Lalu seiring perkembangan interaksi masyarakat dengan bangsa asing, perlahan dikenal media batik pada kain. Sejak itu, batik mulai digunakan sebagai corak kain yang berkembang sebagai busana tradisional khusus di kalangan ningrat keraton.

Penjelasan dalam referensi-referensi tentang batik menunjukkan bahwa pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram Islam, kemudian pada masa-masa Kasuhunan Surakarta di Solo dan Kasultanan Yogyakarta. Jadi, seni batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada masa raja-raja berikutnya hingga menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, terutama Jawa.

Beberapa contoh kain sejenis batik yang berasal dari luar Jawa adalah sarita dari Toraja, tritik (Palembang, Banjarmasin, dan Bali), kain jumputan dan kain pelangi (Jawa, Bali, Lombok, Palembang, Kalimantan, dan Sulawesi.

Ada pula kain sasirangan dari daerah Banjar, Kalimantan Selatan, serta kain cinde atau patola (Gujarat India) yang masuk ke Nusantara sebagai barang dagangan atau untuk ditukarkan dengan hasil bumi (Komaruddin Hidayat dan Putut Widjanarko [2008] dalam Reinventing Indonesia: Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa).

Batik menyebar luas pada akhir abad 18 hingga awal abad 19. Kesenian batik di sepanjang masa itu hanya menghasilkan kain-kain batik tulis, hingga kemudian batik cap (menggunakan pencetak dari kayu bermotif sebagai pengganti canting) mulai dikenal setelah Perang Dunia pertama. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement