Kamis 14 Jun 2012 16:37 WIB

Kenaikan Harga Gas Memukul Usaha Kecil

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dewi Mardiani
Perajin UKM (ilustrasi)
Foto: nenygory.wordpress.com
Perajin UKM (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Kenaikan harga gas elpiji yang diberlakukan pemerintah, tak hanya memukul usaha besar. Usaha kecil yang menggunakan gas elpiji isi tabung 50 kg, juga ikut terpukul akibat kenaikan harga tersebut. Di wilayah eks Karesidenan Banyumas, sektor usaha kecil yang terpukul oleh kenaikan gas elpiji tabung 50 kg tersebut, antara lain perajin makanan di Kabupaten Banyumas dan perajin Keramik di Banjarnegara.

Produsen keripik tempe 'Niti', Puguh Jatmiko, mengaku usahanya sangat terpukul dengan kenaikan harga gas elpiji isi tabung 50 kg. ''Soalnya, kenaikkan harganya tidak kira-kira, sampai Rp 90.000 hingga Rp 100.000 per tabung,'' katanya.

Sebelum ada kenaikan, kata Puguh, harga gas elpiji isi tabung 5 kg bisa dia beli seharga Rp 375.000 di tingkat agen atau Rp 385 ribu di tingkat pengecer. Namun awal Mei lalu, harga gas elpiji tersebut naik menjadi Rp 470.000 hingga Rp 490.000 per tabung.

Padahal, kata Puguh, dalam sehari dia membutuhkan gas sebanyak 2 tabung isi 50 kg per hari untuk menggoreng keripik tempenya. Padahal, lanjut Puguh, kenaikan harga bahan baku yang dihadapi usahanya, tidak pada harga gas saja. Harga tempe sebagai bahan baku usahanya, juga mengalami kenaikan akibat harga kedelai yang naik.

Menghadapi kondisi semacam ini, dia mengaku, saat ini terpaksa beralih ke gas isi 12 kg agar usahanya bisa tetap berjalan. ''Sata tidak mungkin menaikkan harga keripik yang saya buat hanya karena kenaikan harga gas. Karena itu, untuk sementara saya beralih menggunakan gas isi tabung 12 kg,'' katanya.

Langkah serupa, belakangan juga dilakukan pengusaha kerajinan keramik di Kecamatan Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnegara. Ketua Sentra Keramik Purworejo Klampok, Sahri, mengaku perajin keramik di wilayahnya terpaksa beralih menggunakan gas elpiji isi tabung 12 kg.

''Kalau kita tetap menggunaan elpiji 50 kg, bisa-bisa kita bangkrut. Soalnya, kenaikkan harga tidak kira-kira, sementara kita sendiri tidak bisa seenaknya menaikkan harga jual keramik,'' jelasnya.

Baik Sahri maupun Puguh, berharap kenaikkan harga gas isi tabung 50 kg tersebut, ditinjau ulang. Khususnya bagi pengguna dari kalangan usaha kecil. ''Kalau tidak, ya jangan salahkan kami kalau akhirnya tetap menggunakan gas isi tabung 12 kg,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement