Rabu 13 Jun 2012 13:56 WIB

Keluarga Korban Sukhoi Inginkan Investigasi Tuntas

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Djibril Muhammad
SERAH TERIMA JENAZAH. Seorang keluarga korban berdoa di depan peti jenazah korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang disemayamkan sebelum acara serah terima jenazah di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (23/5).
Foto: 5 jenazah korban kecelakaan Sukhoi kepada keluarga korban untuk
SERAH TERIMA JENAZAH. Seorang keluarga korban berdoa di depan peti jenazah korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang disemayamkan sebelum acara serah terima jenazah di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (23/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sumarto sesekali menghapus air mata yang keluar dengan jari-jarinya tangannya. Meski terlihat kuat, pria berumur 78 tahun itu, tetap tak bisa menyembunyikan rasa kehilangan atas meninggalnya buah hati yang dicintainya.

Dua anaknya, Arief Wahyudi dan Rahmani Susanto menjadi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100. "Saya ikhlas, saya serahkan anak-anak saya kepada Tuhan, anak saya memang titipan," katanya meladeni pertanyaan wartawan seusai pembagian santunan pada korban Sukhoi, di Kemenko Kesra, Jakarta, Rabu (13/6).

Meski bekerja di dua perusahaan berbeda, anak kedua dan keempatnya ini, sama-sama menjadi penumpang pesawat nahas buatan Rusia itu. Arief bergabung dalam penerbangan sebagai konsultan dari PT Trimarga Rekatama sedangkan Rahmani turut sebagai pegawai maskapai pembeli Sukhoi, Sky Aviation.

Walau telah menerima santunan dari pemerintah, luka hati lelaki paruh baya itu tetap tidak bisa dipulihkan dengan cepat. "Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih. Tetapi saya tetap ingin investigasi dilanjutkan, blackbox biar bagaimanapun harus diteliti, walau memakan waktu lama," ujarnya penuh harap.

Melalui PT Jasa Rahardja, pemerintah memang menyerahkan asuransi sebesar Rp 1,65 miliar untuk semua warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban Sukhoi yang jatuh di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Masing-masing korban mendapat santunan sebesar Rp 50 juta.

"Pemerintah wajib memperhatikan setiap warga negaranya yang terkena musibah, dalam kecelakaan Pesawat Sukhoi ini pemerintah memberikan santunan yang diberikan oleh PT Jasa Raharja," kata Menteri Perhubungan EE Mangindaan.

Ia menuturkan hal ini merupakan bentuk empati dan rasa prihatin dari pemerintah. Namun sayangnya, untuk korban atas nama Femi Adi Soempeno, santunan dibayarkan dalam bentuk biaya pemakamaman karena tidak memiliki ahli waris. Sedangkan untuk korban atas nama Stephen Khamadi  kini proses verifikasi untuk menentukan ahli waris masih terus dilakukan.

Selain santunan dari Jasa Raharja, juga akan diberikan Jamsostek sesuai dengan kententuan. "Nantinya, dari pihak Sukhoi juga akan memberikan santunan lagi sesuai dengan undang-undang, masing-masing Rp 1,25 miliar," ujarnya lagi.

Terkait, persoalan investigasi penyebab kecelakaan, Mangindaan mengaku proses penyelidikan terus dilakukan. "Kita sekarang masih menunggu dari Rusia, untuk menggabungkan flight data recorder (FDR)," tegasnya.

Ia mengaku pemerintah dan pihak terkait berkomitmen menyelesaikan investigasi kecelakaan ini hingga tuntas. Sebelumnya, pesawat Sukhoi Super Jet 100 mengalami kecelakaan di Gunung Salak, Mei lalu. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpang dan awak sebanyak 45 orang, terdiri dari 35 WNI dan 10 WNA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement