REPUBLIKA.CO.ID, Sudah sehari yang lalu, Hani (20 tahun) kehilangan rumahnya. Kemarin sore sekitar pukul 14.30, hujan deras melanda kelurahan Cililitan, Jakarta Timur.
Saat itu, dia sedang terpaku sendiri di dalam rumah. Dia tak menyangka saat itu adalah hari terakhirnya menatap rumah tempatnya berteduh.
Saat hujan deras melanda Cililitan, tiba-tiba beberapa menit kemudian datang air seperti tsunami. Lalu datanglah suara lainnya kembali mengusik kesendiriannya.
‘’Setelah bunyi suara air, muncul suara lagi seolah ada batu-batu berjatuhan,’’ kata Hani.
Dia tak mengira suara itu adalah sebuah pertanda buruk baginya. ‘’Tiba-tiba air bah itu dalam sekejap porak porandakan rumah kami. Akhirnya, jebolah semua atap rumah kami,’’ujar Hani.
Dengan sekejap, air bercampur sampah dan puing reruntuhan tembok tiba-tiba menghantam dua ruang tidur serta satu ruang dapur serta atap rumah Hani hingga porak poranda.
Seluruh barang-barang berharga milik Hani pun tertimbun reruntuhan tersebut. ‘’Harta benda seperti motor, surat-surat berharga, emas dan semuanya ketiban reruntuhan,’’ kata dia.
Namun, Hani masih bersyukur dia masih selamat. ‘’Alhamdulilah masih selamat. Dan untung saat itu, keluarganya yang lain juga sedang tidak ada di rumah, ‘’ kata dia.
Dia mengisahkan air itu, datang dari Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pengembangan Bisnis Manajemen (STIE PBM). Posisi gedung sekolah tersebut memang terletak di depan rumahnya.
Hujan deras itu yang mengguyur Jalan Dewi Sartika itu membuat volume air di gorong-gorong yang berada di Gedung tersebut menjadi meningkat.
‘’Ternyata, air yang mengalir deras menyebabkan gorong-gorong di Gedung tersebut jebol sehingga tanah di bawah tembok pembatas antara gedung dengan pemukiman warga menjadi terkikis’’ujar Suryo, salah satu staf di Gedung tersebut.
Derasnya air yang keluar itu, sempat membuat panik Hani dan warga lainnya. Air setinggi lutut orang dewasa tersebut mengakibatkan sejumlah perabotan mengapung.
Sehari paska kejadian itu, rasa trauma masih menyelimuti hatinya. Rona sedih juga masih terpancar di raut wajah Hani. ‘’Rasa trauma itu mungkin masih ada. Apalagi aku sendirian di rumah saat itu’’ ujar Hani.
Namun Hani mencoba untuk tetap tegar dan semangat menjalani hidup. ‘’Pasti akan ada hikmah dibalik semua ini.''
Hikmah yang bisa dipetik adalah ternyata masih ada tetangga yang rela berbagi empati dengan dia. ‘’Alhamdulilah masih ada yang mau bantu kami dan membantu membereskan puing-puing ini’’ ujarnya.
Hani bersyukur karena masih ada tetangga yang selalu peduli, memberi semangat dan rela memberikan tempat untuh berteduh keluarganya.
Wanita ini tak sendiri, masih ada keluarga lainnya yang bernasib sama sepertinya. Selain rumah miliknya, reruntuhan juga menimpa tiga rumah yang bersebelahan dengannya, yaitu milik Muksin Aji Abdul Gani, Zaitun dan Haji Sulaiman.
Mereka juga sama seperti Hani, yang masih tetap semangat untuk menjalani hidup meskipun sedang dilanda cobaan.
Korban saat ini, berharap kepada para pihak terkait untuk segera menyelesaikan masalah ini. ‘’Saya berharap semoga semoga perundingan antara warga dengan pemilik gedung terkait ganti rugi segera menemui titik temu,’’ ujarnya.