Sabtu 19 May 2012 16:15 WIB

Terkait Sukhoi, Rusia Janji akan Penuhi Semua Permintaan RI

Rep: M Akbar Widjaya/ Red: Taufik Rachman
 Tim gabungan KNKT Indonesia dan Rusia menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Ahad (13/5).
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Tim gabungan KNKT Indonesia dan Rusia menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Ahad (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah Rusia siap mengeluarkan dana sebesar-besarnya untuk membantu proses identifikasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 dan penyelidikan penyebab terjadinya kecelakaan.

"Pemerintah Rusia siap membantu apa saja yang dibutuhkan pihak Indonesia," kata Duta Besar Rusia, Alexander Ivanof, Sabtu (19/5) di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Ivanof menyatakan, selain siap mengeluarkan biaya, pemerintah Rusia juga bersedia mengirimkan para ahli-ahli terbaiknya untuk membantu proses identifikasi korban maupun penyelidikan sebab jatuhnya pesawat.

Dikatakan Ivanof, pada hari ini pemerintah Rusia mengirimkan bantuan berupa bahan-bahan reaksi kimia (reagen) yang akan berguna untuk mempercepat proses identifikasi para korban. "Harga dari reagen yang dibawa sangat mahal yakni $ 700 ribu USD," kata Ivanof.

Kendati Kepala Bazarnas telah menyatakan bahwa evakuasi korban kecelakaan peswat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak telah selesai, namun menurut Ivanof hingga saat ini tim penyelidik dari Rusia maupun Indonesia masih berada di lokasi kejadian untuk mengumpulkan puing-puing pesawat.

Menurut Ivanof, pihak Rusia akan terus membantu pihak Indonesia hingga proses identifikasi korban dan penyelidikan penyebab kecelakaan selesai. "Pihak Indonesia dan Rusia sama-sama berkepentingan mengetahui penyebab obyektif dari peristiwa kecelakaan ini," papar Ivanof.

Terkait hubungan diplomatik antara Rusia dan Indonesia di masa mendatang, Ivanof berharap tragedi Sukhoi tidak merusak hubungan baik kedua negara. Sebaliknya, tragedi harus mampu meningkatkan rasa persahabatan di antara kedua negara. "Tak ada satupun pihak yang mengharapkan terjadinya peristiwa ini," kata Ivanof.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement