REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Koordinator Kontras (komisi untuk orang hilang dan korban tindak kekerasan) Papua, Olga Helena Hamadi, menyesalkan penembakan sejumlah warga sipil di lokasi pendulangan emas Kabupaten Paniai, Papua pada Selasa (15/5) malam yang menewaskan satu orang.
"Kami sangat menyesalkan penembakan itu terjadi," kata Hamadi di Jayapura, Papua, Rabu.
Ia mengemukakan, pihaknya menolak kekerasan seperti penembakan yang dilakukan oleh kepolisian atau Brimob setempat terhadap warga sipil, karena penembakan tersebut bisa meniadakan rasa keadilan dan perdamaian di Paniai.
"Kami menolak kekerasan yang dilakukan oleh kepolisian. Penembakan terhadap warga sipil meniadakan rasa keadilan dan perdamaian di Paniai," katanya.
Lebih lanjut perempuan muda ini mengemukakan kasus penembakan di Paniai harus diusut hingga tuntas dan jika terbukti pelakunya harus mendapatkan hukuman yang sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, karena jika tidak kasus penembakan tersebut bisa membuka pintu baru bagi kekerasan yang berikutnya.
"Seharusnya perlu upaya segera memeriksa pelaku penembakan. Usut tuntas dan beri sanksi yang seberat-beratnya karena penembakan ini membuka pintu bagi terjadinya kekerasan berikut," katanya. "Kalau bisa aparat yang terlibat penembakan ditarik dari Paniai," tambahnya.
Sementara itu, Ketua lembaga pengembangan masyarakat adat suku Wolani, Mee dan Moni (LPMA Swamemo) Thobias Bogobau di Jayapura mengatakan hal itu tidak perlu terjadi jika aparat bertindak lebih bijak.
"Seharusnya hal ini tidak perlu terjadi, aparat hadir untuk melindungi dan mengayomi warga tetapi yang terjadi seperti ini," katanya dengan nada sesal. Ia pun meminta agar peristiwa penembakan itu tidak terjadi lagi, dan meminta DPR Papua untuk segera membentuk tim khusus terkait itu.
"Jangan ada lagi penembakan, DPR Papu harus turun lihat permasalahan ini," pintanya.
Seperti yang diwartakan sebelumnya, sebanyak lima orang warga ditembak personel Brigade Mobil (Brimob), dan seorang tewas, di pendulangan emas di lokasi 45 Desa Nomowodide, Distrik Bogobaida, Kabupaten Paniai, Papua, pada Selasa sekitar pukul 20.00 WIT.
Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Paniai, AKBP Anthon Diantje, Rabu, membenarkan kasus yang bermula dari keributan yang dilakukan korban sehingga menewaskan Malianus Kagepe.
Empat warga yang terluka, menurut dia, Lukas Kagepe tertembak bagian perut, Amos Kagepe luka tembak bagian kaki, Alpius Kagepe luka tembak di lengan kanan, dan satu korban lainnya belum diketahui identitasnya terkena tembakan di dada.