REPUBLIKA.CO.ID, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan idealnya untuk mengungkap penyebab kecelakaan Sukhoi yang terjatuh di Gunung Salak, Bogor, pihaknya memiliki kotak hitam Cockpit Voice Recorder (CVR) maupun Flight Data Recorder (FDR).
"Bisa menggunakan CVR tapi bagusnya ada FDR juga," kata staf laboratorium KNKT, Andreas Ricardo Hananto. Andrea Ricardo menyebutkan untuk merecovery CVR itu membutuhkan waktu antara dua sampai tiga minggu.
Ia juga menyebutkan simpulan untuk mengungkap penyebab kecelakaan pesawat itu, memakan waktu sekitar satu tahun.
"Itu juga harus didiskusikan dengan investigator yang lainnya," katanya.
Sebelumnya, Kepala Basarnas, Daryatmo, menyatakan saat ini tinggal "Flight Data Recorder" (FDR) atau alat perekam data penerbangan yang belum ditemukan di areal lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, setelah Cockpit Voice Recorder (CVR) atau perekam suara kokpit ditemukan oleh Kopassus TNI-AD .
"Perlu disampaikan FDR belum ditemukan," kata Daryatmo dalam acara serah terima CVR ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) di Lapangan Pasir Pogor, Cijeruk, Jawa Barat, Rabu (16/5).
Karena itu, pihaknya meminta tim SAR Gabungan untuk melanjutkan proses pencarian disamping tetap melakukan operasi evakuasi korban pesawat yang berpenumpang 45 orang itu.
Marsekal Madya TNI Daryatmo menjelaskan posisi CVR dan FDR itu seharusnya berdampingan dalam satu rangkaian. "Namun akibat 'impact' menjadi terpisah jauh," katanya.