Ahad 13 May 2012 12:22 WIB

Tim Investigasi Rusia DiLarang Evakuasi Korban Sukhoi

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Djibril Muhammad
 Tim SAR Rusia bersiap untuk melakukan pendakian Gunung Salak sambil menunggu ijin di posko tim evakuasi pesawat Sukhoi Superjet 100, Cijeruk, Bogor, Jabar, Ahad (13/5).
Foto: Jafkhairi/Antara
Tim SAR Rusia bersiap untuk melakukan pendakian Gunung Salak sambil menunggu ijin di posko tim evakuasi pesawat Sukhoi Superjet 100, Cijeruk, Bogor, Jabar, Ahad (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, CIPELANG BOGOR - Tim investigasi dan identifikasi Rusia, M4C POCCNN dilarang melakukan evakuasi langsung di lokasi titk jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Ahad (13/5).

"Kita melarang mereka melakukan evakuasi korban dan serpihan pesawat karena belum ada perintah langsung dari Kepala Basarnas," ujar komandan lapangan Basarnas yang juga Komandan Resor Militer (Korem) 061/Suryakencana, Bogor, Jawa Barat, Kolonel (inf) AM Putranto.

Namun, lanjutnya, jika sudah ada perintah Kepala Basarnas, tim evakuasi M4C POCCNN didampingi tim evakuasi Basarnas dan hanya boleh melakukan kegiatan investigasi dan identifikasi pesawat. "Mereka dilarang untuk mengevakuasi korban dan membawa serpihan dan tubuh pesawat tanpa izin," tegas Putranto.

Menurut Putranto, tidak diizinkan tersebut karena ditakutkan tim evakuasi Rusia tersebut akan menganggu jalannya proses investigasi dari pihak KNKT Indonesia.

"Apalagi jika menemukan kotak hitam (black Box), mereka diarang membawanya. Ditakutkan mereka menemukan black box, membawanya dan tidak memberitahu pihak KNKT Indonesia. Inikan bahaya sekali, jika black box itu hilang karena dibawa mereka,'' tuturnya.

Tidak hanya pelarangan tim evakuasi Rusia, pihaknya juga tidak memberi izin terbang dua helikopter Rusia. Alasannya, helikopter itu berukuran kecil dan diperkirakan tidak mampu menjangkau posko helipad di puncak Manik, Gunung Salak.

"Alasan keamanan, karena helikopternya kecil, cukup membahayakan di kawasan dengan cuaca yang labih dan angin yang bertiup cukup kencang," jelas Putranto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement