REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pilot asing yang ingin mengudara di wilayah Indonesia harus didampingi observer lokal. Hal itu demi mengenalkan si pilot asing atas medan penerbangan yang ada. Imbauan tersebut diutarakan Pilot Garuda Indonesia, Jefrey Adrian pada acara disukusi, di Jakarta, Sabtu (12/5).
Jefrey berpendapat, kehadiran seorang observer tersebut dapat memberikan informasi mengenai seluk-beluk wilayah penerbangan. Alasan lainnya, ia mengungkapkan masih terdapat pilot asing yang belum pernah mengudara di Indonesia dan mencoba untuk melakukan penerbangan. "Ini agar kejadian Sukhoi Superjet 100 tidak lagi terulang," imbuh Jefrey yang mengatakan terbang di Indonesia seperti di 'neraka'.
Dalam perjalanan karirnya, Jefrey mengaku pernah mendapatkan obsever atau pendamping ketika mengudara di Hong Kong. Hal itu karena dirinya baru pertama kali melakukan penerbangan di negara tersebut. "Setiap orang yang pertama kali terbang di wilayah asing pasti akan bingung," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Pemerhati Masalah Penerbangan, Samudra Sukardi. Menurut pria yang kini tengah cuti panjang dari pekerjaannya itu, pendampingan tersebut sekaligus dapat memudahkan pilot asing ketika menghadapi sejumlah kendala.
Samudra melanjutkan, sebelum melakukan penerbangan, seorang pilot harus diberikan pemahaman dan pengenalan mengenai medan yang akan ditempuh. Dalam upaya tersebut, lanjut dia, pemberlakuan pendampingan oleh observer lokal kepada pilot asing akan semakin memperkuat upaya keselamatan penumpang. "Memang seharusnya diberlakukan pendamping lokal," katanya mengakhiri.