REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) belum dapat memastikan alasan dibalik keputusan Pilot Aleksander Nikolaevich menurunkan ketinggian terbang pesawat Sukhoi dari 10 ribu kaki ke enam ribu kaki beberapa saat sebelum menabrak tebing di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/5).
"Belum dapat dipastikan alasan Pilot mengapa (turun)," kata Juru Bicara Kemenhub, Bambang Ervan saat dihubungi Republika, Kamis (10/5) malam.
Menurut Bambang percakapan Pilot dengan pengawas Air Traffic Control (ATC) memang memberikan informasi tentang menurunnya ketinggian pesawat. Namun, alasan Aleksander menurunkan ketinggian terbangnya belum dapat diketahui.
Tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pun, kata dia, masih melakukan penyelidikan
"Investigasi penyebab kecelakan udara tersebut belum dapat diketahui secara pasti," ujar Bambang. "Itu masih dalam perkembangan penyelidikan."
Sebelumnya, pesawat Sukhoi Superjet 100 dengan nomor penerbangan RA36801 hilang kontak pada koordinat 06° 43' 08" Lintang Selatan dan 106° 43' 15" Bujur Timur. Pesawat mendadak hilang kontak sesaat setelah pilot dikethaui berusaha menurunkan ketinggian pesawat dari ketinggian 10 ribu kaki menjadi enam ribu kaki.
Pesawat yang tengah melakukan 'joy flight' itu mengangkut hampir 45 penumpang. Delapan orang di antaranya merupakan awak pesawat warga Rusia. Penumpang lainnya dari media massa dan utusan perusahaan di bidang penerbangan.