REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim SAR udara akan menggunakan tali temali untuk mengevakuasi korban pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat, Rabu (9/5) kemarin. Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Daryatmo mengungkapkan, mereka akan dibantu ahli pendaki gunung seperti wanadri.
"Dari ahli pendaki gunung, track itu dibilang high angle. Tidak bisa untuk soft landing. Oleh karena itu kita akan menggunakan tali-temali," ungkap Daryatmo saat jumpa pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (10/5).
Dia mengharapkan kalau kondisi cuaca besok akan seperti pagi ini. Sehingga, harap Daryatmo, evakuasi bisa segera dijalankan.
Menurutnya, cuaca pagi sangat baik dengan jarak pandang sampai 30 meter. Tapi, jika menunggu sampai siang apalagi sore, Daryatmo mengaku khawatir cuaca akan kembali buruk.
Daryatmo menegaskan, Basarnas sudah menyiapkan helikopter untuk menjemput korban. Di antaranya, helikopter Puma yang sudah digunakan untuk memantau serpihan pesawat yang jatuh pada kemarin sore itu.
Sebelumnya Daryatmo menyatakan, evakuasi terhadap puluhan korban harus ditunda. Penundaan, kata Daryatmo, evakuasi korban terjadi karena cuaca buruk.
"Kita berusaha melakukan evakuasi. Hari ini dilaksanakan tiga kali penerbangan. Karena memang cuaca yang menutup, maka percuma, kami harus kembali ke lanud," ungkap Daryatmo.
Sedangkan untuk tim SAR darat, ujarnya, sebanyak 78 personel sudah sampai di ketinggian 1.900 meter. Menurutnya, kondisi medan sangat berbahaya karena tingkat kemiringan yang bisa mencapai 85 derajat. Karena itu, lanjut Daryatmo, tim SAR akan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pencarian besok, Jumat (11/5) pagi.