REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pakar manajemen lingkungan Prof Ir Surna Tjahja Djajadiningrat, meminta semua pihak melihat secara obyektif proyek bioremediasi yang dilakukan oleh Chevron Pacific Indonesia.
"Saya sendiri ragu dan tidak percaya kalau perusahaan multinasional seperti Chevron membuat kejahatan yang bisa menghancurkan reputasinya. Ini masalah bagaimana menjaga citra perusahaan," kata Surna dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, menanggapi soal dugaan penyelewengan proyek tersebut .
Menurut Surna, agar persoalan tersebut bisa jelas maka perlu adanya penanganan yang mendalam dengan melibatkan saksi ahli yang kompeten dan mengerti tentang teknologi bioremediasi.
Teknologi ini dikategorikan sebagai teknologi baru dalam penanganan limbah. Bahkan, lanjut Surna, kantor pusat Chevron bisa dimintai pertanggungjawaban untuk menjelaskan ke masyarakat mengenai penggunaan teknologi tersebut.
"Itu teknologi canggih serta masih baru. Sejauh mana Chevron sudah menggunakan teknologi bioremediasi. Apakah sudah terbukti secara ilmiah dan praktik. Apakah secara keilmuan teknologi ini bisa dibuktikan kemampuannya. Saya yakin Chevron bisa menjelaskan dengan baik," paparnya.
Surna yang juga pengajar di School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan bahwa hingga saat ini di ITB banyak mahasiswa melakukan penelitian bagaimana bioremediasi ini digunakan untuk mengurai limbah.
"Bagaimana kami bisa menggunakan biologi dengan memakai enzim dan bakteria untuk mengurangi limbah minyak mentah," tuturnya.
Chevron, kata Surna, tidak akan main-main dalam menerapkan teknologi ini. Tentunya perusahaan sekelas Chevron bukan hanya menjaga citra perusahaan tapi juga moral perusahaan.
"Kami boleh saja curiga namun perlu dibuktikan dengan menggunakan saksi ahli yang memiliki kemampuan pengertian teknologi yang tinggi," ujarnya.