REPUBLIKA.CO.ID, RUMBIA -- Lembaga Adat Moronene (LAM) Tokotua menolak rencana Pemerintah Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang akan mementaskan Tarian Lumense secara massal. Tarian yang berasal dari Pulau Kabaena itu merupakan budaya masyarakat yang dipercaya sebagai tarian penyembuh bagi masyarakat di sana.
Menurut rencana, tarian itu akan dipentaskan secara kolosal. Persembahan tarian religius itu ditujukan dalam rangka menyambut kehadiran Gubernur Sultra, Nur Alam, di Kelurahan Dongkala, Kecamatan Kabaena Timur, pada 1 Mei 2012.
Pengurus LAM Tokotua, Sahrul, di Rumbia, Ibukota Bombana, kemarin, mengatakan unsur masyarakat yang terdiri dari lembaga mahasiswa dan tokoh adat, menolak rencana tersebut. Mereka menilai persembahan tarian itu bentuk eksloitasi terhadap kebudayaan setempat untuk kepentingan politik, bukan untuk pembinaan kebudayaan.
Menurut dia, jika seni tradisi dieksploitasi, maka pembinaan dan pelestarian budaya akan hilang. Dia membandingkan dengan kegiatan bertaraf internasional di daerah tetangga yang memiliki tarian adat, Tari Lariangi. Sama halnya di Kabupaten Muna, yang kini sedang berlangsung kegiatan perayaan ulang tahun Sultra ke-48. Mereka tidak menggelar tarian-tarian tersebut secara masal, karena memahami dan menghargai seni tradisional yang nilainya tak bisa dihilangkan.
Sahrul mengatakan, kegiatan yang bernuansa politik kata Sahrul bukan bentuk pembinaan, melainkan menguras dana masyarakat. Oleh karena itu, lanjut Sahrul, kalaupun tari Lumense dilakukan secara masal, idealnya jika dilakukan di luar Pulau Kabaena. Dengan begitu, kata dia, tarian tersebut menggugah perhatian masyarakat dunia untuk berwisata di pulau religius itu.