REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif menilai anarkisme yang dilakukan anggota geng motor karena krisis keteladanan. "Aksi anarkis itu dilakukan oleh anak muda karena tidak punya figur keteladanan ditambah penegakan hukum yang lemah," kata Syafi'i seusai acara bincang-bincang "Merah-Putih".
Ia menganalogikan anggota geng motor sebagai anak-anak yang kurang perhatian dan tidak punya keteladanan yang bisa dijadikan contoh. "Generasi muda saat ini kehilangan 'role model' (suri teladan)," katanya.
Hilangnya suri teladan itu, menurut Syafii, berlaku surut dari puncak pimpinan pemerintahan (DPR dan Presiden) hingga di level rumah tangga, yakni orang tua. "Pemimpin kita sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, terlibat kasus korupsi, skandal ini dan itu. Apa yang bisa dicontoh?" katanya.
Ia juga berpendapat bahwa penegakan hukum yang lemah membuat orang tidak takut untuk berbuat anarkis.
Sementara itu, ia menambahkan, orang yang sudah terlanjur berbuat anarkis menjadi tidak takut untuk mengulanginya lagi. "Seharusnya, penanganan kasus kekerasan yang dilakukan oleh geng motor ini harus segera diusut dan pelakunya dihukum. Jangan dibiarkan berlarut-larut," katanya.
Syafii juga mengkritisi sistem pendidikan di Indonesia yang terlalu mengutamakan aspek kognitif akademik siswa. "Ini menjadikan generasi muda kita pintar otaknya saja, tapi hatinya tidak," ujarnya.
Menurut pendiri Maarif Institute itu, aspek moralitas juga diperlukan dalam sistem pendidikan di Indonesia sebagai bekal hidup generasi muda di masyarakat. "Apa jadinya kalau mereka tumbuh besar tanpa hati nurani? Kekerasan, anarkisme, seperti yang dilakukan geng motor ini," katanya.