Kamis 19 Apr 2012 09:07 WIB

Pengamat: Peluang Perepuan di Parlemen Tergantung Modal

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Fitriyah menilai, peluang perempuan duduk di parlemen baik DPR maupun DPRD pada pemilu mendatang masih tergantung dari modal.

"Peluang keterpilihan perempuan masih tergantung dari akumulasi tiga modal yakni modal ekonomi, sosial, dan politik," katanya di Semarang, Kamis.

Fitriyah menjelaskan, aturan dalam pemilu mendatang tidak banyak perubahan kecuali hanya ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT) yang semula 2,5 persen menjadi 3,5 persen. Selama ini, katanya, perempuan yang terpilih adalah mereka yang mampu mengelontorkan modal-modalnya yang kuat.

Selain itu, katanya, mereka yang terpilih antara lain karena anak dan istri atau menantu kepala daerah, atau mereka yang sebelumnya pernah menjabat sebagai anggota dewan serta artis.

"Jadi yang terpilih ya itu-itu lagi dan orang baru yang tidak memiliki tiga modal tersebut akan susah," kata Fitriyah yang juga mantan Ketua KPU Jawa Tengah itu.

Secara teori affirmative action atau tindakan khusus berupa keterwakilan perempuan minimal 30 persen di legislatif, katanya, sangat menguntungkan, tetapi diperlukan komitmen dari partai politik tidak sekadar mengajukan calon perempuan dalam daftar calon.

Ia menjelaskan, komitemen partai politik yang diperlukan adalah menjadikan perempuan yang dicalonkan harus terpilih dengan cara memasangnya di daerah pemilihan strategis atau "gemuk" dan dengan nomor urut yang baik. Selama ini, katanya, perempuan biasanya ditempatkan di nomor 3, 6, 9. Nomor 3 untuk memenuhi persyaratan. Padahal satu daerah pemilihan biasanya mendapatkan kursi satu atau dua, kecuali di daerah gemuk bisa meraih tiga hingga empat kursi.

Ia mengemukakan, adanya putusan MK yang mengubah ketentuan nomor urut menjadi suara terbanyak, menjadikan perempuan yang nomor urutnya besar kembali bersemangat untuk ikut berjuang. Perempuan harus berperilaku sama dengan laki-laki dalam berkesempatan untuk dapat terpilih.

"Akan tetapi hasil dari sebuah penelitian, ternyata mereka yang terpilih karena suara terbanyak tersebut adalah mereka yang memiliki modal kuat karena mereka modal politik (incumbent) dan berasal dari keluarga dinasti pejabat eksekutif atau partai politik dan dipasang di nomor urut cantik," katanya.

Jika dilihat bagaimana pemilih menentukan pilihan, katanya, hasil penelitian juga menyebutkan adanya kecenderungan pemilih tertarik dengan nomor urut kecil. Akan tetapi, justru mereka yang dipasang di nomor urut kecil adalah mereka yang mempunyai modal ekonomi, sosial, dan politik.

"Pada pemilu ke depan, nasib keterwakilan perempuan hampir sama dengan pemilu sebelumnya. Keterpilihan yang diserahkan kepada pemilih, sangat tergantung dengan tiga modal tersebut," demikian Fitriyah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement