Rabu 18 Apr 2012 11:39 WIB

Mengenang Sudomo: Inilah Doa Sudomo di Multazam

Sudomo
Foto: Edi Yusup/Republika
Sudomo

REPUBLIKA.CO.ID,  ''Ini suatu kehormatan buat saya. Saya bangga,'' tutur Ketua DPA Sudomo selepas Pembacaan Doa melepas jamaah Haji Indonesia 1998 di Departemen Agama kemarin dengan mata berkaca-kaca.

Tahun ini, Menteri Agama menunjuk Sudomo sebagai penasihat Amirul Haj. Pria yang belum genap setahun memeluk Islam ini akan berangkat ke Mekkah 30 Maret mendatang bergabung dengan Kloter 184 HLP. Pengalaman yang diperolehnya saat berumrah pada bulan Ramadhan lalu menurutnya bisa menjadi bekal menjadi Penasihat Amirul Haj '98. Dengan bekal tersebut, ia merasa siap membantu Menag. ''Yang saya belum pernah jalani itu Arafah dan Mina. Tapi Insya Allah saya sanggup menjalankannya. Fisik saya masih cukup kuat.''

Mantan Pangkopkamtib dan juga mantan Menaker ini kemudian memaparkan pengalamannya saat berumrah. Ia mengaku sempat berdoa khusyuk di Multazam saat berumrah. ''Saya juga berdoa di tempat dekat mimbar nabi. Apa itu namanya,'' Ketika ada yang menyebut bahwa tempat suci itu bernama Raudah, ia dengan cepat menganggukkan kepala. ''Ya Raudah. Saya berdoa khusyuk sekali di situ.'' Di tempat itu, Sudomo mengaku dijalari rasa aneh. Lengan kanannya terasa kesemutan. Namun ia tetap berdoa, menangis dan merasa menemukan jati diri. Ketika ditanya apa isi doanya ia tertawa. ''Yang jelas bukan jodoh bukan pula jabatan.''

Ia bercerita bahwa meskipun di Indonesia ia tercatat sebagai pejabat tinggi saat umrah Ramadhan lalu, ia tak memperoleh fasilitas istimewa. ''Saya pergi umrah dengan biaya sendiri dan fasilitas biasa saja. Saya memang ingin yang begitu.'' Karena itu, untuk mencium Hajarul Aswad pun ia harus antre. Entah dari mana ia merasa ada orang hitam tinggi dan besar selalu mengikutinya. Saat bersujud di depan Ka'bah, ia merasa orang besar itu melangkahinya. Kemudian saat antre untuk mencium Hajarul Aswad, orang itu mendahuluinya dan kemudian mundur memberi tempat agar mantan Pangkopkamtib ini bisa menyentuh batu yang berasal dari surga. Karena itu ia bersyukur selalu mendapat kemudahan.

Usia tak menjadi penghalang baginya untuk mengikuti ritual fisik saat Umrah. Pada perjalanan sa'i pertama antara Shafa dan Marwah, Sudomo mengaku berjalan perlahan. Tapi dari Marwah menuju Shafa ia kuat berlari-lari kecil.''Itu aneh dan menyenangkan. Saya dengar kata orang banyak malaikat di tempat itu. Perjalanan umrah membuat saya merasa muda kembali.'' Sudomo bercerita niatnya untuk pergi menjalankan ibadah Haji sudah tertanam di hatinya setelah memeluk Islam dan menjalankan Umrah dua kali. ''Saya memang berniat pergi haji tahun ini. Dengan biaya sendiri,'' katanya.

Tiba-tiba Menteri Agama menghubungi dan meminta dia berangkat sebagai penasihat Amirul Haj. Jadilah ia mewujudkan niatnya. Sudomo merasa bangga dan terharu Menag memintanya menjadi penasihat. ''Ini jelas sebuah kehormatan untuk saya.'' Matanya berkaca-kaca saat mengatakan ia terharu.

''Untuk operasional, saya bisa memberi masukan karena dulu saya tentara. tapi untuk ibadah jelas Pak Menteri lebih tahu. Lagi pula ada beliau-beliau lain yang lebih jago untuk urusan ibadah.'' Sebagai penasihat Amirul Haj, ia berharap proses perjalanan ibadah haji tahun ini berjalan lancar. ''Doakan saja agar saya bisa menjalankan seluruh ibadah dengan baik. Siapa tahu bisa menjadi imam.''

(Dimuat Harian Republika, Kamis, 05 Maret 1998)

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement