Senin 16 Apr 2012 21:00 WIB

BPBD: Gununghalu Siaga Longsor Susulan

Rep: Muhammad Ghufron/ Red: Didi Purwadi
Sejumlah warga membantu pengendara sepeda motor yang terjebak saat melewati timbunan tanah longsor yang menutupi jalan raya.
Foto: Antara/Anis Efizudin
Sejumlah warga membantu pengendara sepeda motor yang terjebak saat melewati timbunan tanah longsor yang menutupi jalan raya.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGHALU -- Longsor masih mengancam wilayah Kecamatan Gununghalu dan Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat. Kondisi tersebut berdasarkan prediksi cuaca Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Kepala BPBD Kabupaten Bandung Barat, Maman Sulaiman, mengatakan kedua wilayah tersebut masih berada dalam status siaga darurat longsor. Itu karena potensi cuaca hujan yang diperkirakan mengguyur Bandung Raya dalam beberapa pekan ke depan.

"Nanti imbasnya bisa memicu longsor susulan," kata Maman, saat meninjau lokasi longsor Gununghalu, Senin (14/4).

Maman mengatakan bahwa BPBD meramalkan potensi longsor susulan itu berdasarkan analisa. Menurut dia, longsor tersebut rata-rata terjadi di titik yang sama. Sebab, kontur tanah di sejumlah titik tersebut masih labil.

Meskipun tidak diguyur hujan, kata Maman, kelima titik itu berpotensi longsor. "Apalagi jika diguyur hujan," ujarnya.

Selain merusak ratusan rumah, longsor hebat akhir pekan kemarin juga menimbulkan lima titik rawan longsor susulan. Kondisi itu berada di wilayah Desa Sindangjaya, Kecamatan Gununghalu. Disitu, kata Maman, terdapat sejumlah rumah dan satu bangunan sekolah.

Sekolah yang dinilai rawan yakni SDN Cisitu Desa Sindangjaya. Kini, bangunan seluas 24x7 meter itu terletak di pinggiran tebing yang terputus longsor. "Kondisinya sangat rawan longsor," ujar Maman.

Sejauh ini, BPBD akan melakukan antisipasi dengan memberi penopang (bronjong) di bawah bangunan. Namun penopang itu dinilai Maman kurang membantu, mengingat tebing yang terputus itu setinggi empat meter. Lagipula, di bawah bangunan terdapat aliran sungai yang cukup deras.

Pembuatan bronjong di SD tersebut, menurut Maman, membutuhkan biaya sebesar Rp 200 juta. Karenanya, BPBD beserta dinas dan pemerintahan daerah terkait masih memikirkan cara yang lebih efektif untuk mengantisipasi longsor di sekolah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement