Sabtu 14 Apr 2012 22:35 WIB

PSK Merajalela, Ibu Rumah Tangga Resah

Rep: Angga Indrawan/ Red: Chairul Akhmad
PSK (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
PSK (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Lokalisasi di sekitar stasiun Bandung, membuat resah sejumlah ibu rumah tangga. Pasalnya, puluhan penjaja seks komersial (PSK) sepanjang Jalan Stasion Timur menuju arah stasiun Bandung, sudah beraktivitas meski masih pukul 19.00 WIB.

"Siapa yang enggak resah, suami saya kan kalau kerja pulang malam," ujar Neni (39), seorang ibu rumah tangga, Sabtu (13/4).

Menurutnya, sejumlah PSK di sekitar stasiun Bandung beraktivitas hampir tiap malam. Hal tersebut, ungkap Neni, membuat khawatir hampir seluruh ibu rumah tangga yang berdomisili di sekitar lokasi prostitusi.

"Banyaklah sebenarnya yang protes. Ada yang khawatir kalau anaknya ikut main, ada juga yang seperti saya, takut suaminya digoda," tambahnya.

Sementara itu, berdasarkan pantauan Republika, sejumlah PSK dengan pakaian minim, sudah berbaris di sepanjang Jalan Stasion Timur, Bandung. PSK dari berbagai usia tersebut tak ragu melambai mengajak calon "pelanggannya".

Siti (bukan nama sebenarnya), PSK setempat, mengaku mendalami profesinya sejak lima tahun yang lalu. Menurut wanita 28 tahun ini, pelanggannya sebagian besar pelajar atau mahasiswa. "Biasanya mahasiswa yang kos, suka main ke sini," ujarnya.

Wanita asli Indramayu tersebut mengaku dalam semalam bisa membawa pulang Rp 500-700 ribu. "Tapi tergantung, kadang pernah pulang nggak bawa uang, namanya juga rejeki," imbuhnya.

Sejumlah PSK di seputar Stasion Timur ini sebagian merupakan "produk" migrasi dari lokalisasi ternama di Kota Bandung, Saritem. Sejak menjadi sorotan dan beberapa kali dilakukan penertiban, sejumlah PSK berpencar ke berbagai tempat seperti Tegallega, alun-alun, hingga Stasion Timur.

Sementara itu, di lokalisasi Saritem, Andir, Kota Bandung, aktivitas kawasan tersebut nampak lengang. Namun demikian, sejumlah "calo" masih terbilang ramai menawarkan "jasa bermalam" di depan sejumlah penginapan.

Berdasarkan keterangan warga setempat, praktik prostitusi di kawasan tersebut terbilang lebih terorganisir. Para PSK tidak terlihat "mangkal", mereka lebih memilih berada di dalam ruangan/penginapan. Sedangkan sejumlah calo bertugas mencarikan pelanggan dari tiap pengunjung yang datang. Parahnya, beberapa pedagang pun ikut andil dalam tugas "percaloan" tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement