Jumat 06 Apr 2012 19:49 WIB

Polisi Sebenarnya Panik Hadapi Demo BBM?

Rep: Umi Lailatul/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Ratusan petugas kepolisian berusaha menghalau para pengunjuk rasa di depan gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (30/3). Demo menolak kenaikan BBM akhirnya berlangsung ricuh.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Ratusan petugas kepolisian berusaha menghalau para pengunjuk rasa di depan gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (30/3). Demo menolak kenaikan BBM akhirnya berlangsung ricuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -  Ada kepanikan dari polisi dalam menghadapi aksi demo kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Begitu penilaian Koordinator Eksekutif Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, Jumat (6/4) dalam jumpa pers mengenai Catatan Kritis penanganan demonstrasi antara penegakan hukum dan Perlindungan HAM.

“Kita bisa lihat, saat penanganan demonstrasi, polri menerjunkan dua pertiga kekuatannya untuk mengamankan demo tersebut” ujarnya. "Saya curiga polisi agak panik dalam pengamanan demonstrasi mahasiswa," imbuh Haris.

Demo kenaikan harga BBM telah terjadi selama 2 minggu. Pada minggu pertama seharusnya dapat menjadi bukti untuk polisi agar melakukan penanganan demo yang lebih persuasif dan damai. “Tetapi yang ditunjukkan polisi bukan tindakan persuasif malah represif” ujarnya.

Kontras juga menilai pemerintah sendiri dinilai kurang cerdas dalam menghadapi aksi demonstrasi yang semakin meningkat menjelang pengumuman kenaikan harga BBM pada Ahad (1/4) lalu.

Pergolakan massa dalam menolak kebijakan kenaikan harga BBM di luar prediksi pemerintah. “Saya ingin katakan ada semacam ketidakcerdasan dari pemerintah, yang mengganggap menjelang 1 april 2012 tidak akan terjadi apa-apa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement