REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Banyak kesalahpahaman mengenai nuklir semenjak isu nuklir membuat Iran dan Barat berseteru. Universitas Sultan Agung (Unissula) bersama Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) menjalin hubungan kerja sama mengenai sosialisasi nuklir. Dengan kerja sama tersebut, pandangan masyarakat mengenai nuklir tak melulu kelam dan seram.
"Memanasnya hubungan Iran dan Barat terkait nuklir membuat prasangka tak objektif. Pengembangan nuklir adalah hak semua negara untuk tujuan damai terlebih bagi mereka yang telah menandatangani non-proliferasi nuklir (NPT)," ujar salah seorang ilmuwan BATAN, Dr Ferhat Aziz di Fakultas Hukum (FH) Unissula, Jumat (5/4).
FH Unissula bersama BATAN menjalin kerjasama sosialisasi pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai dalam perspektif hukum internasional dan perspektif Islam. Kerjasama tersebut dinilai sangat penting karena kampus UNISSULA terletak dekat dengan "matan" basis pengembangan nuklir untuk tujuan damai seperti di bidang pertanian, peternakan dan kesehatan.
Secara geografis, kampus tersebut sangat dekat dengan Kabupaten Demak, Jepara, Pekalongan, Kendal, Blora, dan daerah lain. Kawasan-kawasan tersebut telah menanam padi varietas unggul hasil rekayasa tenaga nuklir. Oleh karena itu, UNISSULA mampu menjadi pembina dan membagun komunikasi yang baik dengan masyarakat. Mengingat selama ini masih banyak masyarakat yang belum paham mengenai pemfaatan nuklir untuk tujuan damai.
Dalam penelitian ketenaganukliran, FH UNISSULA pun terlibat aktif khususnya dalam bidang hukum internasional nuklir. Hal tersebut dikarenakan teknologi nuklir saat ini telah berkembang pesat dan membutuhkan kajian hukum yang mendalam.