REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Intitut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) berhasil melahirkan alat mesin pemanen padi yang mengurangi susut panen (losses) hingga 12 persen.
Menteri BUMN Dahlan Iskan langsung berkunjung ke pabrik pembuatan mesin itu di Gresik pada Jumat (30/3) malam. Dahlan langsung memasukkan mesin tersebut ke dalam daftar program Pro Beras Kementerian BUMN.
"Jika dikumpulkan, nilai kehilangan gabah (losses) yang biasanya tercecer saat panen itu sudah bisa untuk membeli mesin ini," kata Dahlan, Jumat (31/3) malam.
Mesin pemanen padi itu diberi nama Futata dan sudah diproduksi sebanyak dua unit. Mesin ini berfungsi two in one. Tak hanya memanen padi, mesin ini juga dapat membajak sawah. Tinggal bagian penggunting bawahnya diganti dengan alat bajak.
Jika dibandingkan mesin serupa buatan Tiongkok dan Jepang, Futata lebih cocok untuk sawah dan budaya petani di Indonesia. Untuk membawa mesin tersebut ke sawah, kata Faisal, tak perlu diangkut dengan truk karena dilengkapi roda ban.
Setelah sampai di sawah, maka rodanya dapat diganti dengan rantai seperti tank. Sambil tersenyum, Dahlan mengatakan kelak setiap menjelang musim panen, dapat diadakan lomba mengganti ban Futata dengan rantai antar petani. "Hadiahnya piala Menteri BUMN," ujarnya.
Kepala Humas Kementerian BUMN Faisal Halimi mengatakan Sutrisno Basuki, lulusan ITB angkatan 1971 itu menyatakan siap memproduksi 50 unit Futata per bulan. "Berikutnya akan ditingkatkan menjadi 100 unit per bulan dan BUMN memerlukan mesin semacam ini," kata Faisal dalam pesan elektronik kepada Republika.
Direktur Pascapanen Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Dadih Permana sebelumnya mengatakan angka susut padi yang hilang oleh petani mencapai 13 persen. Hal ini karena kebanyakan petani di Indonesia masih menggunakan cara tradisional mulai proses panen padi di sawah, pengeringan, hingga pengangkutan ke gudang.
Teknologi pengelolaan pasca panen, misalnya peralatan dan mesin pemanen padi, hingga mesin pengering padi (dryer) harus diterapkan sebagai satu kesatuan teknologi pengelolaan padi. "Masyarakat petani harus disosialisasikan untuk menerapkan teknologi ini sesuai budayanya," kata Dadih.
Seperti diketahui, Kementerian Pertanian meningkatkan sistem teknologi pengelolaan pascapanen untuk komoditas utama tanaman pangan. Di antaranya padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang hijau.
Menurut Dadih, dengan menyelamatkan 1,25 persen angka losses saja, petani menyelamatkan 925 ribu ton gabah kering giling (GKG).