REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mabes Polri membantah ada anggotanya yang menggunakan senjata api meski menggunakan peluru karet, saat melakukan pengamanan unjuk rasa saat terjadi bentrokan dengan mahasiswa YAI di Jalan Diponegoro, Jakarta, Kamis (29/3) malam kemarin.
"Kita mengawal unjuk rasa ini agar berjalan lancar dan tidak menggunakan senjata, tapi dengan tangan kosong," tegas Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Polisi Saud Usman Nasution dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (30/3).
Saud menceritakan, sekelompok massa yang merupakan mahasiswa YAI mulai melakukan unjuk rasa sejak pukul 18.00 WIB di Jalan Diponegoro. Kemudian, klaim Saud, bentrokan pecah saat mahasiwa melakukan tindakan brutal dengan membakar pos polisi yang berada di antara kampus YAI dan UKI. Tidak hanya itu, massa juga membakar mobil Resmob Polres Jakarta Pusat dan sepeda motor milik anggota polisi masing-masing satu unit.
Untuk menghalau massa, polisi menembakkan water cannon dan gas air mata ke arah para demonstran. Bukannya mereda, massa malah semakin beringas dengan melakukan pemukulan terhadap anggota polisi. Mabes Polri menyatakan, sedikitnya ada 10 polisi yang mengalami luka-luka termasuk Kepala Polsek Senen, Kompol Imam Zebua.
"Di tempat unjuk rasa, polisi juga menemukan bom molotov yang dibawa massa. Ini kan berarti ada unsur kesengajaan," tegas mantan Kepala Densus 88 ini.
Sementara di pihak mahasiswa, bentrokan tersebut sedikitnya melukai dua orang, yakni Agung, mahasiswa YAI dan Rivan Tahir, sekuriti YAI. Keduanya menderita luka yang diduga tertembak peluru karet yang dilepasan polisi.