Kamis 29 Mar 2012 23:44 WIB

Polisi Sempat akan Angkut 18 Mahasiswi ke Polda

Rep: Asep Wijaya/ Red: Hazliansyah
Kerusuhan pecah saat mahasiswa UKI dan UPI YAI berunjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak di Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (29/3). Dalam kejadian tersebut mobil Resmob (reserse mobil) dan satu sepeda motor terbakar.
Foto: Republika/Aditya
Kerusuhan pecah saat mahasiswa UKI dan UPI YAI berunjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak di Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (29/3). Dalam kejadian tersebut mobil Resmob (reserse mobil) dan satu sepeda motor terbakar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di samping 52 mahasiswa peserta unjuk rasa antikenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), polisi juga mendapati 18 mahasiswi yang berada di kantor yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), kamis (29/3) malam.

Namun, para mahasiswi itu batal ikut dibawa ke Markas Polda Metro Jaya dengan jaminan YLBHI karena mereka tidak ikut terlibat unjuk rasa yang berakhir bentrok dengan polisi di kawasan Jalan Diponegoro dan Salemba, tadi petang.

Sebanyak 18 mahasiswi itu berasal dari pelbagai perguruan tinggi di Jakarta dan kota-kota lain, seperti Bogor, Bekasi, Cirebon, dan Yogyakarta. ''Kami (mahasiswi) enggak ikut berunjuk rasa, tapi kami berada di YLBHI karena diajak teman-teman mahasiswa,'' kata Dian, mahasiswi Universitas Jayabaya, Jakarta.

Ia juga menjelaskan bahwa polisi telah salah sasaran dengan menangkap 52 rekan mahasiswanya. Padahal, mereka adalah peserta unjuk rasa yang berlangsung pada Rabu (28/4) dan sedang berkumpul di YLBHI.

''Mestinya polisi men-sweeping mahasiswa di luar sana yang terlibat bentrok tadi, bukan menggeledah dan menangkapi kami yang berada di YLBHI,'' kata Dian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement