Selasa 27 Mar 2012 23:56 WIB

Dahlan Iskan Menduga Barang Selundupan ke Cina Marak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri BUMN Dahlan Iskan mensinyalir selisih nilai perdagangan antara Indonesia dan Cina yang mencapai sekitar 10 miliar dolar AS karena adanya barang-barang Indonesia yang masuk China melalui pasar gelap.

"Saya khawatir barang Indonesia banyak yang diselundupkan, atau tidak melalui pelabuhan-pelabuhan resmi," kata Dahlan, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa.

Menurut Dahlan, selisih nilai perdagangan kedua negara yang mencapai nilai 10 miliar dolar AS tersebut merupakan angka yang tinggi atau mencapai sekitar Rp90 triliun.

"Ini sangat besar, harus dicarikan permasalahannya. Bagaimana mungkin terjadi selisih sebesar itu," tegasnya.

Sebelumnya pada 23 Maret 2012, Dahlan bersama sejumlah menteri turut mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan kenegaraan ke Beijing, China.

Selain meningkatkan kerja sama ekonomi, dalam kunjungan itu disepakati enam nota kesepahaman meliputi kerja sama bidang maritim, bidang rencana perjalanan warga negara China ke Indonesia, pengembangan pusat kelautan dan iklim, pemberantasan narkotika, bahan terlarang, dan psikotropika.

Khusus di bidang ekonomi, China mencatat nilai perdagangan dengan Indonesia mencapai 60 miliar dolar AS, sedangkan Indonesia mencatat sekitar 50 miliar dolar AS.

Melihat adanya perbedaan nilai tersebut, Presiden SBY meminta Kementerian Perdagangan Indonesia dan instansi terkait untuk menertibkan arus perdagangan antara Indonesia dan China.

Dahlan Iskan menambahkan, dalam posisi defisit tersebut Indonesia harus mampu menyelesaikan berbagai kendala terkait arus ekspor ke negeri tirai bambu itu.

"Ekspor ke China kalau melalui negara ke tiga saya pikir masih lumayan. Tapi kalau ekspor melalui pelabuhan "gelap" ini yang harus diselesaikan," katanya.

Ia menambahkan, untuk membenahi masalah tersebut selain melakukan pemantauan langsung jalur ekspor barang-barang Indonesia, juga diperlukan kerja sama intensif untuk saling bertukar data dan statistik kedua pihak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement