REPUBLIKA.CO.ID, PARUNG – Kasus penangkapan pembuat film porno oleh aparat kepolisian Polres Bogor di Hotel Parunk Transit, Parung, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/3) lalu berbuntut panjang.
Ribuan warga Parung menggelar demo di depan Hotel Parunk Transit, Parung, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (24/3).
Aksi demo warga yang sebagian besar ibu-ibu pengajian, santri, ulama dan organisasi masyarakat (ormas) se-Kecamatan Parung itu meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab Bogor) untuk menindak tempat-tempat hiburan dan hotel yang menjadi sarang prostitusi dan narkoba. ''Kami tidak rela Parung identik dengan kegiatan prostitusi,'' ujar kordinator demo, Ustadz Syaifudin.
Parung, lanjut Syaifudin merupakan kawasan pendidikan Islam, banyak terdapat pesantren dan sekolah-sekolah Islam. Selain itu, kehidupan masyarakatnya sangat religius. ''Tempat-tempat hiburan harus ditutup,'' katanya.
Ia juga menilai keberadaan Hotel Parunk Transit yang identik dengan aktivitas hiburannya sudah sangat meresahkan warga. ''Hotel Parunk Transit juga harus ditutup!'' tegasnya.
Sementara itu, larangan Polres Bogor kepada pihak manajemen hotel tersebut agar tidak beroperasi hingga pengusutan kasus produksi film porno selesai belum dilaksanakan. Polisi masih melakukan pengusutan dugaan keterkaitan manajemen hotel dengan germo penyedia pemain wanita dalam film porno berdurasi 10 menit tersebut.
Kasat Reskrim Polres Bogor AKP Imron Ermawan mengatakan, hingga kini pihaknya masih melakukan pengembangan, mulai dari motif para pelaku hingga dugaan keterkaitan pemilik hotel. ''Saat ini, sedang dalam proses pemberkasan untuk selanjutnya kita limpahkan ke kejaksaan,'' jelasnya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor juga mendesak Pemkab Bogor segera menutup kegiatan di Hotel Parunk Transit, ''Keberadaan Hotel Parunk Transit dan segala aktivitasnya berpotensi merusak moralitas masyarakat,'' ujar Ketua MUI Kabupaten Bogor, KH Mukri Adji.