Rabu 21 Mar 2012 18:30 WIB

Dinilai Merata, Kekuatan Enam Pasangan Cagub DKI

Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama usai mendaftarkan diri sebagai calon gubernur dan wakil gubernur di Kantor KPUD,  Jakarta Pusat, Senin (19/3). (Republika/Agung Fatma Putra)
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama usai mendaftarkan diri sebagai calon gubernur dan wakil gubernur di Kantor KPUD, Jakarta Pusat, Senin (19/3). (Republika/Agung Fatma Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kekuatan pasangan enam calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dinilai hampir merata. Pengamat Politik Ari Junaedi menyatakan pendapat itu berdasar ketiadaan konsentrasi dukungan partai pada pasangan tertentu.

"Pilkada Jakarta kali ini berbeda dengan tahun 2007, sekarang dukungan partai tersebar merata di empat calon (dua calon lain berasal dari jalur independen) sehingga kekuatannya bisa dikatakan merata," kata Ari kepada ANTARA di Jakarta, Rabu (21/3).

Ari mengemukakan bahwa pada Pilkada DKI 2007, hampir semua partai seperti Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Demokrat mendukung pasangan Fauzi Bowo-Prijanto untuk menghadang Adang Daradjatun-Dani Anwar dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Sekarang kondisinya berbeda, tidak ada sentimen partai yang membuat mereka bersatu meskipun untuk sementara," kata Ari.

Namun, jika harus memilih, Ari memprediksi bahwa pasangan Hidayat Nurwahid-Didik J Rachbini dari PKS dan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang diajukan PDIP dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) akan maju di putaran kedua.

"Mesin politik PKS terbukti sangat kuat dalam pilkada Jakarta 2007, Adang-Dani di waktu itu hampir bisa mengalahkan Fauzi-Prijanto yang didukung oleh hampir semua partai lain di parlemen ibukota," kata dia.

Sementara Jokowi-Ahok dalam pandangan Ari sudah membuktikan diri sebagai politisi yang bersih saat menjabat sebagai kepala daerah di tempat lain.

"Rekam jejak Jokowi dan Ahok saat memimpin Kota Solo dan Kabupaten Belitung Timur bisa menjadi alat kampanye yang cukup efektif untuk meraup suara di Jakarta," kata Ari.

Untuk Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dari Partai Demokrat, Ari berkomentar bahwa peluangnya akan sulit karena kepemimpinan Fauzi Bowo selama lima tahun terakhir dinilai tidak banyak menghasilkan perubahan untuk Jakarta yang lebih baik.

Di sisi lain, reputasi Alex Noerdin sebagai Gubernur Sematera Selatan dan kesuksesannya menyelenggarakan ASEAN Games (SEA Games), menurut Ari, juga sedikit tercoreng karena kasus korupsi Wisma Atlet juga bagian dari SEA Games meskipun Alex tidak terlibat.

"Pasangan dari calon independen Faisal Basri-Biem Benyamin dan Hendardji Soepandji-Reza Patria memang mempunyai kemampuan untuk memimpin Jakarta, namun untuk memenangi pemilu, mereka butuh mesin partai. Sayangnya itu yang tidak mereka punya," kata Ari.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement