Selasa 20 Mar 2012 12:03 WIB

Kemenkes Belum Antisipasi Wabah Tomcat

Rep: Indah Wulandari/ Red: Hafidz Muftisany
Serangga 'Tomcat'
Foto: kaskus
Serangga 'Tomcat'

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum melakukan antisipasi secara masif terhadap keluhan gangguan kesehatan akibat penyebaran serangga Tomcat. Antisipasi dini dengan memberikan pengobatan mandiri menjadi solusi warga.

"Yang menyebabkan gatal bukan gigitan dari serangga Tomcat atau kumbang roveyang. Tapi dari cairan yang dikeluarkan dari tubuhnya,"ungkap Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama, Selasa (20/3).

Binatang yang juga dikenal dengan sebutan semut semai atau semut kayap termasuk kelompok serangga pertanian. Sekaligus predator dari hama pertanian seperti wereng. Tetapi, ujar Yoga, dalam empat tahun terakhir telah dilaporkan adanya gangguan kesehatan pada manusia. Gejalanya berupa gatal-gatal yang didahului oleh panas/iritasi, bintik-bintik, gatal, berair, dan menimbulkan bekas hitam pada kulit.

Cairan dari tubuh serangga ini bisa berpindah dengan media apapun dengan cepat. Yoga menyarankan agar orang yang terkena segera mencuci kulitnya dengan air bersih. Lalu diberi salep hydrocortisone 1% atau salep betametasone dan antibiotik neomycin sulfat serta salep Acyclovir 5%.

Meski sudah terdata ada ratusan kejadian di 40 wilayah di Surabaya, Kemenkes belum punya cara mengurangi serangan Tomcat. "Segera periksa ke tempat pelayanan kesehatan setempat dan jangan garuk bagian yang gatal berbisul karena penyebarannya cepat ke bagian lain," terang Yoga.

Sejak empat hari lalu, muncul ratusan laporan serbuan serangga Tomcat di Surabaya. Mulai dari kawasan Medokan Ayu, perumahan elit di Rungkut, Penjaringan Sari, Rungkut Harapan, Semampir, Gunung Sari, Tegal Sari, Wonorejo, Dupak Bandarejo, Kedungdoro, dan Dukuh Kupang.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement