Senin 19 Mar 2012 11:43 WIB

'Kencing Minyak' Modus Penimbunan BBM Kelas Elit

Antrian warga yang akan membeli BBM (ilustrasi).
Foto: fariedwijdan.wordpress.com
Antrian warga yang akan membeli BBM (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pemerhati hukum dari Indonesian Monitoring Development (IMD) Riau, Raja Adnan, menyatakan penampungan ilegal Bahan Bakar Minyak (BBM), yang populer dikenal 'kencing minyak' merupakan modus penimbunan BBM kelas elit.

Adnan meminta para penegak hukum tidak melakukan pembiaran terhadap kondisi tersebut. Pasalnya, jika tidak segera ditindak tegas, bisa menyengsarakan rakyat. "Jelas, upaya 'kencing minyak' ini sangat merugikan, bukan hanya bagi negara, tapi juga bagi rakyat terutama masyarakat miskin di Tanah Air khususnya Riau," kata Adnan di Pekanbaru, Senin (19/3).

Pernyataan Adnan, sekaligus menanggapi maraknya praktik mafia 'kencing minyak' di sejumlah wilayah Provinsi Riau, khususnya di jalur penghubung antara Kota Duri, Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai. "Jika perbuatan ini terus dibiarkan, maka bukan tidak mungkin akan menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat," geram dia.

Bayangkan saja, masih kata Adnan, dalam sehari berapa mobil tangki rekanan Pertamina, pengangkut BBM bersubsidi yang menyinggahi lokasi-lokasi penampungan ilegal BBM.

"Kondisi ini harus dihentikan, dan sebaiknya bagi pelaku diberikan sanksi tegas. Termasuk oknum aparat penegak hukum yang mencoba melindungi kegiatan ilegal ini," ujarnya.

Terlebih tidak lama lagi harga BBM bersubsidi baik jenis premium maupun solar bakal kembali naik. "Jangan sampai ada lagi mafia 'kencing minyak' yang menjalankan aksinya begitu mudah. Jika masih ada, maka tidak menutup kemungkinan hal ini akan memicu anarkisme rakyat yang jelas-jelas menentang kenaikan harga BBM," katanya.

Berbagai sumber menyebutkan, beberapa titik lokasi 'kencing minyak' atau penimbunan BBM bersubsidi secara ilegal, paling marak berada di sepanjang jalur lintas antara Kota Duri, Kabupaten Bengkalis menuju Kota Dumai. Dari sekitar 60 kilometer jalur penghubung dua kota ini, menurut informasi warga ada sebanyak delapan titik penghentian mobil-mobil tangki pengangkut BBM bersubsidi milik Pertamina.

"Sampai sekarang masih banyak titik-titik lokasi 'kencing minyak' yang masih beroperasi. Baik di Dumai maupun di Kota Duri," kata warga.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement