REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jawa Timur memiliki dua program utama yang harus dicapai dalam periode kepemimpinan 2010-2015. Selain mencetak 10 ribu saudagar Muslim, juga menargetkan agar dapat mereposisi gerakan pemikiran ICMI dan mereproduksi nilai-nilai baru. Ini dilakukan sebagai proses agar nilai kebangsaan terkawal oleh nilai etika dan keberagamaan yang bagus.
Ketua ICMI Organisasi Wilayah (Orwil) Jatim Ismail Nachu mengharapkan, ICMI jadi rujukan persemaian akhlakul karimah di banyak sektor. Sehingga langkah reposisi dan rebranding peran ICMI ke depan harus muncul dalam syiar keindonesiaan, kebangsaan, dan keislaman. Secara khusus, pihaknya berupaya supaya sektor ekonomi umat Islam dapat ditingkatkan agar tidak menjadi penonton di negeri sendiri.
Dengan begitu, mutu kelas menengah ke bawah dan ke atas akan meningkat. Selanjutnya, konsolidasi demokrasi dapat dipercepat karena minat masyarakat ke politik jadi berkurang. "Ini bakal mengurangi fragmentasi politik, dan selanjutnya bisa mendorong konsolidasi demokrasi ke arah lebih baik karena masyarakat sudah semakin mapan," kata Ismail di Surabaya dalam siaran pers kepada Republika pada Sabtu (3/3).
Dengan sumber daya manusia (SDM) dan jejaring pengurus yang besar, menurut Ismail, ICMI dapat menjadi aset besar bagi bangsa. Adanya pengurus dari latar belakang beraneka ragam yang dimiliki itulah yang menjadi kekuatan dahsyat ICMI. Ismail memaparkan, pengurus ICMI ada yang dari unsur berbagai ormas Islam, akademisi, pengusaha, profesional, budayawan, tokoh masyarakat, aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM), pakar lingkungan, praktisi hukum, media, maupun kedokteran.
"Saatnya potensi besar ini bisa menjawab problem umat yang semakin kompleks,'' ujar Ismail.