REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kerjasama antar umat beragama lebih baik mengedepankan aktivitas sederhana. Harapanya, terbangun sebuah suasana keakraban dan harmonis tidak terbatas pada kalangan elit tapi hingga akar rumput.
Imam Masjid Al-Hikmah, New York, Shamsi Ali mengatakan dalam kasus di AS misalnya, kerjasama yang dibangun mulai dari hal sederhana. Misalnya saja, memasak bersama untuk dibagikan kepada kalangan miskin.
"Bagi umat beragama di New York, memasak bersama adalah hal biasa. Bahkan kami mengadakan aksi kerja bakti setiap hari besar AS," kata dia saat berbincang dengan Republika.co.id, Selasa (21/2).
Menurut Shamsi, melalui aktivitas sederhana itu masyarakat akan melihat bahwa perbedaan bukanlah sumber konflik melainkan sumber kerja sama. Sebab, kalau perbedaan dipahami secara benar maka akan menjadi rahmat. "Yang keliru adalah bagaimana ketidakmampuan mengorganisir perbedaan itu," kata dia.
Alquran sendiri, Lanjut Shamsi, mengajarkan kepada umat Islam bahwa perbedaan merupakan hal yang alamiah. Itu pertanda abwah adanya perbedaan seperti suku, agama dan bangsa dalam masyarakat tidak perlu dipermasalahkan. "Yang kita perlu pahami itu bagaimana melakukan Ta'aruf, sebuah proses pengenalan sehingga memunculkan sikap saling menghormati dan mengasihi antar umat beragama," paparnya.
Karena itu, konsep dari ajaran Islam adalah rahmatan lil alamin bukan rahmatan lil muslimin. Sebabnya, adalah tugas umat Islam disini untuk membuat umat agama lain percaya dengan konsep tersebut. "Saya kira ini adalah tantangan bagi umat Islam dunia, utamanya Indonesia untuk menampilkan wajah Islam sebagai sumber perdamaian dan harmoni," pungkasnya.