Kamis 16 Feb 2012 21:52 WIB

Pengamat CSIS: Demokrat Makin tak Cerdas

Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, menyampaikan pidato politiknya dalam acara Sarasehan Partai Demokrat di Jakarta, Kamis (15/12) malam.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, menyampaikan pidato politiknya dalam acara Sarasehan Partai Demokrat di Jakarta, Kamis (15/12) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat politik Center for Startegic and International Studies (CSIS) Nico Hardjanto mengatakan, Partai Demokrat semakin tidak cerdas dalam menyikapi goncangan politik akibat kasus wisma atlet.

"Demokrat sekarang dipantau karena kasus korupsinya, tetapi tidak membuat elit DPP untuk berpolitik secara lebih cerdas," katanya di Jakarta, Kamis (16/2).

Hal ini diungkapkan Nico terkait pemindahan tersangka kasus Wisma Atlet Angelina Sondakh dari Komisi X yang membawahi olahraga dan pendidikan ke Komisi III DPR yang membawahi hukum. Meski kemudian hal itu dikoreksi dan Angelina Sondakh dipindah ke komisi lain karena SBY marah.

Ia menilai, langkah-langkah antisipasi DPP Partai Demokrat terhadap kasus ini lebih condong pada kepentingan faksi-faksi tertentu.

"Penempatan Angie di Komisi III tentu ada maksud tertentu, untuk mempengaruhi proses hukum yang berlangsung," katanya.

Sebab, kata dia, Komisi III yang membawahi hukum dapat memanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Ia memperkirakan kasus ini akan semakin memperuncing persaingan antarfaksi di Partai Demokrat ke depan. "Semakin panas pastinya," katanya.

Ia menambahkan, apalagi sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono sulit mengontrol partai karena dirinya tidak bisa mengawasi terus-menerus.

"Hal ini membuat faksi-faksi di Partai Demokrat untuk mencoba memaksimalkan kepentingan politiknya, berbeda dengan garis politik partai dan SBY," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement