Rabu 15 Feb 2012 21:52 WIB

Abraham Samad: Benarkah Ada Perpecahan di Tubuh KPK? (5-habis)

Rep: Muhammad Hafil/ Red: Heri Ruslan
Abraham Samad
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Abraham Samad

REPUBLIKA.CO.ID, Apakah latar belakang Bugis-Makassar membuat Anda bersikap keras dalam memimpin?

Ya, mungkin itu salah satunya me ngapa orang tidak bisa memahami saya. Padahal, itu bukan kasar, melainkan ketegasan, konsistensi. Gaya saya bicara blak-blakan, tapi itulah saya. Itu ciri khas dan identitas saya sebagai orang yang berlatar Bugis-Makassar.

Soal korupsi dan politik, bagaimana tanggapan Anda?

Itu adalah satu rangkaian yang kadang satu sama lainnya saling ber kait. Kalau kita lihat korupsi politik sering terjadi di negeri kita, contohnya korupsi selalu terkait de ngan pelakunya yang berasal dari politikus. Ke depan, kita harus perbaiki sistem yang bagus. Tidak hanya pendidikan, tapi juga pencegahan agar potensipotensi korupsi dihilangkan. Insya Allah suatu saat korupsi tidak akan terjadi. Pada saat kita melakukan penindakan, kita memperbaiki sistem di situ. Pada saat yang bersamaan, kita masukan aspek pence gah an. Misalnya, tahun ini kita tindak korupsi di satu instansi. Tapi, kalau kita hanya tindak tanpa masukan aspek pencegahan, mungkin ke depannya masih akan terjadi korupsinya.

Bagaimana cara menghindari kinerja Anda dari kepentingan politis?

Kita tidak boleh terjebak dalam kepentingan politik. Kita harus profesional, kita lihat kasus itu pada aspek hukum semata sehingga kita bebas.

Bagaimana road map KPK pada masa kepemimpinan Anda?

Sebentar lagi rampung. Jadi, gam baran nya adalah KPK ke depan mena ngani korupsi yang besar. Kasus korupsi yang kecil kita tinggalkan dan itu kita serahkan kepada lembaga penegak hu kum yang lain. Kita tingkatkan fungsi koordinasi dan supervisi. Tapi, kita awasi dengan ketat.

Nominalnya?

Kalau di undang-undang kan Rp 1 miliar, tapi undang-undang itu kan dilihat dari konteks kekinian.

Soal penambahan sumber daya manusia KPK, seperti penyelidik, penyidik, dan jaksa?

Kalau mau jujur, kita kekurangan. Itu yang menjadi hambatan dan menurut saya, itu mungkin menghambat pekerjaan kita.

Apa mimpi besar Anda sebagai ketua KPK?

Sebenarnya mimpi saya cukup sederhana, begitu saya terpilih, saya ingin cepat (memberantas korupsi). Memang gaya saya begitu. Saya kan datang dari seberang. Kalau jalan dan bicara cepat. Dan, mungkin gaya saya ini, menurut saya, sulit diikuti orang lain. Tapi, itulah gaya saya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement