Ahad 12 Feb 2012 15:46 WIB

Hemat Listrik Itu Selaras Ajaran Islam

Rep: Damanhuri Zuhri/ Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID,  BOGOR -- Perilaku hemat listrik tak hanya sekadar menghemat energi, namun juga selaras dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu menghemat pemakaian listrik bagian dari dakwah dengan perbuatan (bilhal).

"Dalam ajaran Islam ada dua hal yang dilarang yaitu israf  (berlebih-lebihan) dan tabzir (boros). Intinya umat Islam dilarang berlebih-lebihan dan jangan boros, karena hal ini tergolong perbuatan yang sangat dibenci Allah SWT,'' ujar Ustaz Hasan Basri Tanjung MA, Ketua Yayasan Dinamika Umat (YDU) Sabtu (11/2/2012) di Parung, Bogor Jawa Barat.

Penjelasan Ustaz Hasan Basri Tanjung tersebut disampaikan pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Sosialisasi Hemat Energi  di Perguruan Bina Ilmu Parung, Bogor. Kegiatan yang dihadiri sekitar 300 undangan ini mendapat dukungan Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral).

Acara peringatan Maulid Nabi SAW itu juga dihadiri Kepala Desa Parung Imran Nasel dan sejumlah tokoh masyarakat Parung tersebut juga diisi penjelasan pentingnya hemat listrik oleh Bambang Dwiyanto, Senior Manajer Komunikasi Korporat PT PLN kantor Pusat dan Yaya Wasria, Supervisor Administrasi PLN Rayon Parung.

Menurut Ustaz Hasan Basri Tanjung yang sehari-hari dikenal sebagai dosen Universitas Djuanda (UNIDA) Bogor, jauh sebelum PLN mengingatkan agar masyarakat Muslim hemat energi, Nabi Muhammad SAW sekitar 1400 tahun yang lalu telah mengingatkan pentingnya berhemat dalam keseharian.

"Zaman Nabi Muhammad saw belum ada listrik. Namun beliau mengingatkan agar umat Islam berperilaku hemat dalam makanan, minuman apalagi yang lainnya,'' tandas Ustaz Tanjung.

Bambang Dwiyanto mengungkapkan ajakan hemat listrik terus disampaikan PLN. Sebab, meski sebenarnya bisnis PLN jualan listrik namun untuk sebagian konsumen masih harus disubsidi karena harga jual lebih rendah dari biaya produksi. Padahal PLN juga mendapat tugas untuk membangun jaringan baru untuk masyarakat yang belum mendapat aliran listrik.

"Hingga saat ini masih banyak saudara kita yang belum menikmati listik. Tugas PLN dan kita bersama untuk melayani mereka. Untuk itulah bagi pelanggan kami mengajak berhemat mengkonsumsi listrik," ujar Bambang Dwiyanto. Diungkapkan dari biaya produksi rata-rata sekitar Rp 1100 per kWh, sebagian dijual sebesar Rp 700 per kWh atau disubsidi sebesar Rp 400 per kWh.

Sementara itu, Yaya Wasria, Supervisor Administrasi PLN Rayon Parung, banyak cara untuk menghemat listrik. Diantaranya mematikan lampu saat tidak digunakan maupun bergantian menggunakan alat rumah tangga yang membutuhkan listrik. "Misal, saat pompa air nyala sebaiknya jangan menghidupkan TV atau menyeterika," ujar Yaya. Selain itu dispenser disarankan tidak terus menerus dihidupkan, namun sesuai kebutuhan saja.

Saat menjawab pertanyaan peserta sosialisasi, baik Bambang maupun Yaya mengungkapkan penerapan meteran listrik pra bayar merupakan bagian dari upaya membangun kebiasaan konsumen menghemat listrik. "Dengan listrik pra bayar konsumen akan cenderung berhemat mengonsumsi listrik," ujar Yaya. Ditambahkan saat ini vocher listrik pra bayar semakin mudah dibeli, baik dengan ATM maupun di Alfamart.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement