REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengaku sedang mengembangkan berbagai varian pesawat udara nir awak (PUNA). Kepala Program PUNA BPPT, Joko Purwono mengatakan, BPPT terkendala komitmen dukungan pemerintah dalam mengembangkan pesawat intai tanpa awak alias unmanned aerial vehicle (UAV). Ini dibuktikan dengan rencana Kementerian Pertahanan (Kemenhan) membeli satu skuadron pesawat UAV buatan Israel Aerospace Industries (IAI).
Padahal produk BPPT, seperti PUNA Wulung, papar Joko, sangat canggih dengan dilengkapi kamera pengintai yang dapat merekam wilayah yang diamati. Jika sekarang baru mampu terbang hingga 51 kilometer dari pusat kontrol, ke depannya ditargetkan mampu terbang dengan jarak 200 kilometer dari ruang kendali. “Sehingga kalau digunakan di daerah perbatasan sangat efektif,” kata Joko.
Berikut spesifikasi PUNA yang dikembangkan BPPT:
BPPT-01A 'Wulung'
Bentangan sayap: 6,36 meter
Panjang : 4,32 meter
Tinggi : 1,32 meter
Berat Take off : 120 kg
'Wulung' cocok untuk misi yang hanya bisa maksimal bila dipantau dari high altitude. Antara lain, pemotretan udara pada area yang sangat luas, pengukuran karakteristik atmosfer, dan pemantauan kebocoran listrik pada kabel listrik tegangan tinggi.
BPPT-01B 'Gagak'
Bentangan sayap: 6,93 meter
Panjang : 4,38 meter
Tinggi : 1,12 meter
Berat Take off : 120 kg
'Gagak' cocok untuk misi pemotretan dari udara pada jangkauan luas.
BPPT-02A 'Pelatuk'
Bentang Sayap: 6,92 meter
Panjang Badan: 4,38 meter
Tinggi : 1,21 meter
Berat Max : 120 kg
Mesin : 24 Hp (single engine)
Material : Komposit/fiberglass
Altitude : 7000 ft
Payload : 20 kg
'Pelatuk' cocok untuk misi pemotretan udara pada area kecil, pengintaian jarak dekat suatu sasaran, pemantauan hutan, pemantauan laut dan pantai.