Rabu 01 Feb 2012 07:47 WIB

Ekspor CPO Ditolak AS, Pemerintah Segera Kirim Tanggapan

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Dewi Mardiani
Minyak Sawit Mentah
Minyak Sawit Mentah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekspor CPO atau minyak sawit mentah Indonesia ditolak Amerika Serikat (AS). Atas masalah itu, pemerintah yang terdiri dari Kementerian perdagangan, Kementerian pertanian, dan Kementerian Lingkungan Hidup segera mengirimkan tanggapannya ke AS. CPO Indonesia diboikot oleh AS, akhir pekan lalu.

Otoritas yang berkonsentrasi terhadap masalah lingkungan disana (EPA) membuat analisa tentang gas rumah kaca yang bisa dikurangi jika AS menggunakan bahan bakar berbasis sawit. AS mengeklaim CPO Indonesia hanya memiliki nilai 11-17 persen untuk bisa menurunkan emisi gas rumah kaca.

Amerika memiliki program untuk mencampur bahan bakarnya dengan sekitar 7,5 milyar gallon dengan bio fuel. Bio fuel yang termasuk ke dalam program itu adalah yang mampu mengurangi gas rumah kaca dibandingkan dengan minyak mentah yang minimum 20 persen.

Menurut Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, Indonesia bisa membuktikan bahwa secara ilmiah gas rumah kaca yang dihemat dari penggunaan bio fuel sawit itu bisa mencapai 40-56 persen. "Jauh lebih besar daripada yang mereka klaim," ujar dia, kemarin malam.

Pemerintah juga meminta pelaku usaha, asosiasi, peneliti, petani, untuk segera mengirimkan tanggapannya, karena masalah ini terbuka untuk debat publik sampai 27 Februari. Pandangannya tak harus ilmiah terkait dengan gas rumah kaca, tapi dampak sawit terhadap kemiskinan, kesempatan kerja, dan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement