REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan ada potensi korupsi dalam pengelolaan dana APBN untuk Universitas Indonesia. Potensi korupsi tersebut mencapai lebih dari Rp 41 miliar. Laporan tersebut membuat sejumlah tokoh alumni universitas kenamaan di Indonesia itu menjadi malu.
"Saya mewakili teman-teman minta maaf bangsa Indonesia karena telah gagal," kata Ade Armando usai bertemu Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan di Senayan Jakarta, Kamis (19/1).
Ade Armando bersama Effendi Ghazali dan Taufik Baharudin bertemu Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan untuk mempertanyakan hasil audit BPK terhadap UI. Sebelumnya anggota BPK Rizal Djalil telah menyerahkan laporan hasil audit terhadap UI.
Dalam laporan BPK, menunjukkan adanya potensi kerugian negara lebih dari Rp41 miliar atas tindakan pimpinan UI mengalih fungsikan asrama mahasiswa Pegangsan Timur 17 (PGT) dan penyerapan dana hibah JICA.
Oleh karena itu, menurutnya, berdasarkan hasil audit BPK menunjukkan bahwa UI telah gagal mengelola aset negara.
"UI selama bertahun-tahun telah menggunakan uang negara, yang ternyata tidak bisa mempertanggungjawabkannya," kata Ade.
Menurut Ade akan sia-sia saja jika APBN untuk pendidikan yang besarnya mencapai 20 persen ternyata hanya digunakan untuk memperkaya diri sendiri.
Sementara Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan menjelaskan, berdasarkan hasil audit BPK ini, DPR akan mengkaji lebih mendalam dalam rangka melakukan fungsi pengawasan. Terkait temuan soal alih fungsi asrama PGT UI ini, Taufik Kurniawan mengatakan harus ada yang bertanggungjawab.
"Kerjasama alih fungsi lahan arama PGT itu, penangungjawab tentunya pimpinan tertinggi," kata Taufik Kurniawan.
Sedangkan civitas akademika UI Effendi Ghazali mengatakan, hasil audit BPK ini setidaknya bisa membuatnya tersenyum.
"Ketika dulu kami gulirkan gerakan 'Save UI' seketika diplintir seakan-akan ini konflik elit, kami ingin suksesi dan kami dikatakan sudah mengantongi nama dan sebagainya," kata Ghazali.
Ghazali juga menjelaskan selama ini dirinya dan kawan-kawan yang menyuarakan hal ini dikatakan sebagai pengkhianat.
"Kami dengan sangat jelas ingin mengatakan sebelum mendidik orang lain. Kita didik diri sendiri dulu," kata Ghazali.