REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menjelaskan bahwa gempa yang terjadi di Baratdaya Meulaboh, Aceh, Rabu (11/1) dini hari disebabkan oleh gempa dari sesar geser. "Mekanisme gempa semalam, yaitu sesar geser yang tidak berpotensi tsunami dan jarak dari zona pertemuan lempeng, yaitu sekitar 100 kilometer," katanya melalui pesan singkatnya, Rabu.
Gempa ini yang berkekuatan 7.6 Skala Richter (SR) dengan kedalaman 10 kilometer di Baratdaya Meulaboh ini, kata dia, berbeda dengan gempa di Sumatra lainnya. Gempa tersebut terjadi di bagian lempeng samudra, yaitu pada Lempeng Australia, sebelum lempeng tersebut menghunjam lempeng Benua Eurasia (Sumatra) dekat dengan outer-rise. "Jadi gempa tadi malam tidak terjadi pada zona pertemuan lempeng, sebagaimana kebanyakan gempa terjadi di Sumatra."
Sutopo menjelaskan, gempa ini terjadi, karena ketika lempeng samudra berusaha masuk ke bawah lempeng benua, terdapat aktivitas post-seismic yang arahnya berlawanan. Dengan demikian, terdapat akumulasi regangan di dekat palung laut. Akumulasi ini menghasilkan gempa sesar geser lalu.
Dikatakannya, gempa ini akan diikuti beberapa gempa susulan dengan magnitude kecil dan sedikit sekali kemungkinannya untuk diikuti gempa besar. Beberapa gempa jenis ini pernah terjadi di wilayah yang dekat dengan gempa tadi pagi, dengan mekanisme yang juga mirip.
Meulaboh merasakan getaran cukup kuat, tetapi, lanjut Sutopo, tidak ada laporan kerusakan atau korban yang terjadi. Banda Aceh pun tenang. "Hingga saat ini belum ada laporan mengenai adanya korban dan kerusakan bangunan. Tim Reaksi Cepat BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terus melakukan pendataan dampak gempa bumi tersebut. Peta shakemap dapat diakses di www.bnpb.go.id."