REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Terjawab sudah teka-teki dibalik misteri Perdana Menteri Papua Nugini, Peter O'Neill yang mengancam akan mengusir KBRI di Port Moresby. O'Neill sempat berkoar-koar bahwa pesawat yang ditumpangi deputinya saat pulang dari Kuala Lumpur menuju negaranya dibayang-bayangi Sukhoi TNI AU.
Ia bahkan mengklaim insiden itu sebagai bentuk agresi militer. Ternyata klaim tersebut bermuatan politis yang digunakan untuk pencitraan dirinya di mata rakyatnya.
Wakil Ketua DPR, Taufik Kurniawan, sejak mengetahui insiden itu beberapa hari lalu menyatakan bahwa Indonesia harus berhati-hati, jangan sampai terseret konflik politik internal PNG. Isu ini dinilainya tidak penting dan tidak ada kepentingan publik baik bagi masyarakat PNG maupun Indonesia. "Membuang-buang tenaga saja," imbuhnya, saat dihubungi, Senin (9/1).
Ketua Komisi I, Mahfudz Siddiq, juga sejak awal bertanya-tanya peristiwa sudah lama, mengapa baru diungkap baru-baru ini. "Ini banyak menimbulkan pertanyaan, dan aneh," jelasnya.
Papua Nugini (PNG) sedang mengalami krisis politik. Ada dua orang yang mengaku sebagai perdana menteri (PM) yang sah yaitu Peter O'Neill dan Sir Michael Somare. Pemerintah PM O'Neill akhir pekan lalu menyulut ketegangan dengan Indonesia dengan mengancam mengusir perwakilan Indonesia karena tudingan pencegatan pada 29 November 2010.
Sementara, Sir Michael Somare mengkritik ancaman yang dilontarkan oleh Belden Namah, wakil dari PM O'Neill itu. Pelaksana Sementara Menteri Luar Negeri pada pemerintahan PM Sir Michael Somare, Paru Aihi, menuturkan, semua pejabat kedutaan asing dan stafnya yang beroperasi di PNG akan dilindungi, sebagaimana diberitakan Radio Australia.