REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, menilai agak aneh saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengapresiasi Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Irman Gusman, dan dirinya yang dinilai rajin hadir dalam acara-acara pemerintahan mendapat sorotan media.
Mahfud yakin kalau Presiden SBY mengatakan itu konteksnya sebagai hal biasa saja, tak ada tendensi politis. Apalagi sampai diartikan kalau Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Taufiq Kiemas, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Marzuki Alie, Ketua Mahkamah Agung (MA) Harifin Andi Tumpa, dan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Purnomo, serta Ketua Komisi Yudisial (KY) Eman Suparman, sering tidak hadir di Istana.
Karena itu, pihaknya meminta publik tidak mempermasalahkan persoalan itu untuk membanding-bandingkan ketua lembaga negara yang rajin hadir maupun tidak hadir dalam acara resmi kenegaraan. "Para ketua lembaga negara yang lain juga rajin hadir. Tadi saja mereka tak hadir," kata Mahfud, Kamis (5/1).
Mahfud mengaku selalu berusaha hadir dalam acara-acara seperti itu, karena diundang resmi oleh Sekretariat Negara dan kebetulan pada waktu bersamaan di MK sedang tak ada sidang pleno. Sehingga pihaknya harus menghargai undangan yang begitu formal antar lembaga negara.
Menurut Mahfud, sebenarnya ia juga sering tidak hadir dalam acara resmi lainnya, terutama jika ada sidang di MK. Ia mencontohkan, pada akhir Desember lalu tidak bisa hadir pada acara peresmian Fasilitas Diklat Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian di Jonggol, Bogor, yang diresmikan oleh Presiden SBY.
Pihaknya juga tak bisa hadir saat pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada beberapa tokoh yang berjasa kepada bangsa Indonesia, beberapa waktu yang lalu. "Jadi, pernyataan Pak SBY tadi serba kebetulan. Bukan berarti saya lebih rajin daripada ketua lembaga negara lainnya," kata Mahfud.