Senin 02 Jan 2012 14:32 WIB

Ancaman Dipo Bukti SBY Ditinggalkan Menterinya

Rep: Mansyur Faqih/ Red: Djibril Muhammad
Dipo Alam
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Dipo Alam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Koordinator Lingkar Madani Indonesia (Lima), Ray Rangkuti menilai, ancaman Sekretaris Kabinet Dipo Alam terhadap menteri di kabinet menyiratkan tiga hal. Pertama, di kalangan menteri sekali pun sudah tak ada keinginan untuk membela presiden.

"Termasuk melindungi dan menyatakan keberpihakan kepada SBY (Susilo Bambang Yudhoyono-red). Tentu selain Dipo sendiri adanya," katanya kepada Republika, Senin (2/1).

Kedua, tambahnya, menteri-menteri saat ini lebih memilih untuk bekerja sesuai dengan target mereka masing-masing. Bahkan, pada tingkat tertentu, tidak terlalu peduli dengan target yang ditetapkan presiden sendiri.

Artinya, para menteri bekerja dengan minat masing-masing dan berharap akan mendapat keuntungan politik bagi diri dan kelompoknya.

Ketiga, ucap Ray, pernyataan itu menyiratkan, saat ini SBY tinggal sendiri. Tak ada blok kekuatan besar yang melindunginya. Bahkan tidak teman-teman di koalisi pendukung pemerintah.

"Menjelang pemilu, kemungkinan besar ia akan makin ditinggalkan. Makin banyak yang tak peduli terhadap SBY. Tentu saja seluruh ini erat kaitannya dengan tabiat bohong ala SBY dan politik pencitraan yang makin disadari tak memberi sumbangsih bagi bangsa ini," cetus dia.

Ray pun menilai, satu-satunya yang membuat SBY bertahan hanya konstitusi yang menggariskan masa bakti presiden selama lima tahun. "Tinggal itu. Sangat dipahami bila kemudian Dipo yang terkadang kelihatan galak itu, akhirnya melempem juga minta dilindungi. Sebab, sekarang ini hanya Dipo yang tampaknya masih setia," tuturnya.

Ia pun melihat pernyataan Seskab itu sebagai indikator akan panasnya dunia politik di 2012. Apalagi, lanjutnya, 2012 dianggap sebagai tahun pembeda. Yakni membedakan antara parpol pendukung SBY dan oposisi.

Apalagi, partai politik sudah pada kesimpulan bahwa berada di dalam atau di luar sama menguntungkannya. Jika di dalam, justru hanya untuk membesarkan partai politiknya sendiri. Sama dengan ketika partai polirik memutuskan untuk ada di luar koalisi.

"Tampaknya kantong oposisi ini akan makin besar. Parpol jeli menangkap bahwa figur capres adalah anti-tesis gaya kepemimpinan SBY," papar Ray.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement