REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Presiden (Capres) dari kalangan pemuda dinilai belum bisa tampil, karena masyarakat merasa kecewa dengan kinerja politisi pemuda yang diduga terlibat dalam kasus korupsi. Kiprah mereka dianggap belum memuaskan publik.
Hasil penelitian Lingkaran Survey Indonesia (LSI) membuktikan politisi muda jika menjadi capres hanya memiliki daya dukung kurang dari tiga persen. Mereka adalah Ketua Umum Demokrat, Anas Urbaningrum; Sekjen Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas; dan anak Mantan Presiden Megawati Soekarno Putri, Puan Maharani.
LSI menganggap mereka belum pantas mencalonkan diri menjadi presiden, karena banyaknya politisi muda terlibat kasus korupsi. "Mereka dianggap memperoduksi kembali sistem politik yang korup," ujar Peneliti Lingkaran Survey Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby, di kantornya, Ahad (30/10). Jika tak cepat diatasi maka diyakini politisi muda justru akan semakin merusak sistem politik.
Dari hasil survey yang dilakukan LSI, hanya 15,4 persen dari total 1.200 responden menganggap politisi muda lebih baik dari seniornya, politisi tua. Sejumlah 23,8 persen menganggap politisi senior lebih baik daripada yang muda. Sementara, 37,6 persen menganggap politisi muda sama saja dengan yang tua.
Adjie menyebutkan ada empat faktor yang menyebabkan kinerja politisi muda mengecewakan. Salah satunya adalah kasus korupsi belakangan ini menyebut nama-nama politisi muda seperti dari kalangan Demokrat: Nazaruddin (33), Angelina Sondakh (34), Anas Urbaningrum (42), dan Andi Mallarangeng (48).
"Mereka semuanya dianggap muda, karena berusia dibawah 50 tahun," jelasnya. Mereka sampai saat ini menjadi sorotan publik, karena terus-menerus tampil di publik terkait dugaan keterlibatan dalam berbagai kasus korupsi.