REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mantan Komandan Kodiklat TNI AD Letjen TNI Marciano Norman yang telah dilantik menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) harus pensiun dini dari kesatuan militernya.
"Hal ini dilakukan agar institusi sipil yang dipimpinnya itu (BIN) tidak menjadi institusi militer. Kalau kepala BIN dari orang yang masih menjadi anggota TNI lebih baik menjadi kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS)," kata Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti di Jakarta, Rabu (19/10).
Ia mengaku, sebenarnya penempatan Sutanto sebagai Kepala BIN cukup bagus, sehingga sangat disayangkan bila tradisi pimpinan militer dihidupkan kembali di BIN. "Pertanyaan kami, mengapa Kepala BIN diganti?" ucapnya, mempertanyakan.
Menurut dia, bila kepala BIN masih menjadi anggota TNI maka zaman orde baru pun akan kembali terulang. Oleh karena itu, Marciano harus pensiun dini. Terlebih, jabatan BIN yang setara dengan menteri merupakan jabatan politik.
Apakah kepala BIN dari unsur TNI bisa mengatasi ancaman terorisme dan ancaman nasional? menurut dia, saat ini Densus 88 sudah bisa mengatasi persoalan ancaman terorisme. "Yang saat ini dilakukan oleh pemerintah adalah membentuk UU perbantuan. Tidak perlu institusi sipil dipimpin oleh kalangan militer," ujarnya.
Kendati demikian, dirinya berharap Marciano Norman tidak mengadopsi unsur militer dalam memimpin BIN, namun lebih cenderung ke sipil. "Kalau Marciano mengadopsi militer, maka persen sipil di BIN akan terkikis," katanya.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto mengatakan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letnan Jenderal TNI Marciano Noorman yang baru saja dilantik harus memperbaiki intelijen dengan mengoordinasikan fungsi-fungsi intelijen yang ada.
"Yang menjadi tugas Kepala BIN yang baru, mengoordinasikan fungsi intelijen dengan baik," katanya setelah menghadiri acara pelantikan menteri baru di Istana Negara, Jakarta.
Djoko menegaskan, BIN harus semakin solid, sehingga semua kekuatan intelijen bisa bekerja sama demi kepentingan bangsa. Menurut dia, hal itu penting untuk menepis pendapat masyarakat yang menyatakan intelijen Indonesia sering 'kecolongan'.
Djoko Suyanto menegaskan, penunjukan Letnan Jenderal TNI Marciano Noorman sebagai Kepala BIN bukanlah bentuk dikotomi antara TNI dan Polri. Sebelumnya, BIN dipimpin oleh Jenderal Polisi (Purn) Sutanto. "Ndak ada (dikotomi). Yang penting dia profesional," katanya.