REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siroj, menyampaikan keprihatinan mendalam atas terulangnya sengketa perbatasan wilayah Indonesia - Malaysia. Kondisi ini dianggap sebagai bukti arogansi Malaysia, dan Pemerintah RI diminta untuk secepatnya mengatasi.
"Ini sudah kesekian kalinya terulang dan ini bukti Malaysia memang benar-benar arogan. Saya secara pribadi dan atas nama Nahdliyin benar-benar merasa prihatin atas kondisi ini," tegas Said Agil di Jakarta, Kamis, 13 Oktober 2011.
Ia juga memperingatkan Malaysia atas tindakannya, karena dikhawtirkan bisa memicu kemarahan rakyat Indonesia. "Dengan tegas saya sampaikan ke Malaysia, jangan sekali-kali mengusik Indonesia. Ini tidak hanya akan memperburuk hubungan diplomasi, lebih dari itu, ini sangat menyakitkan hati rakyat Indonesia," tegasnya.
Terulangnya sengketa perbatasan Indonesia - Malaysia, menurut Said Agil selain karena arogansi negara tetangga juga karena minimnya fasilitas publik pendukung. Mencontoh perbatasan di negara-negara Timur Tengah, Indoneisa seharusnya mendirikan bangunan permanen sebagai penanda batas wilayah dengan Malaysia dan negara tetangga lainnya.
"Perbatasan Libya dan Maroko itu jalan raya mulus, bisa dilalui oleh warga kedua negara. Kalau seperti itu kan tidak bisa lagi digeser-geser seperti hanya sebuah patok, yang secara bentuk memang sangat rawan dilakukan perubahan posisi," jelasnya
Berdirinya bangunan permanen seperti jalan raya sebagai penanda batas wilayah, menurut Kang Said, demikian Kiai Said masyhur disapa, tidak hanya menjadi patok yang kokoh, namun juga akan memudahkan dilakukannya patroli pengamanan yang diakui menjadi penyebab lain terulangnya sengketa perbatasan.
"Tapi jangan juga buru-buru menyalahkan Malaysia. Bisa saja patok itu digeser oleh orang Indonesia sendiri yang ingin menjadi warga negara Malaysia, karena memang disana bisa lebih sejahtera. Oleh karena itu saya selalu tegaskan, Pemerintah tidak boleh lelah untuk terus meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama yang ada di daerah terpencil, daerah yang sebenarnya justru kaya sumber daya alam," tuntas Said Agil tegas.