REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Realitas perkembangan sosial-ekonomi dan politik sekarang ini ternyata menghadirkan tantangan berat bagi nasionalisme Indonesia. Setidaknya, ada dua tantangan utama yang bila tidak diwaspadai dapat menggerogoti eksistensi nasionalisme itu sendiri.
"Yaitu tantangan yang bersifat internal dan eksternal," ungkap Menko Perekonomian Hatta Rajasa.
Tantangan internal, dijelaskannya, secara faktual masih adanya kelompok yang ingin melepaskan ikatan nasionalisme melalui gagasan disintegratif yang sangat tidak konstruktif.
"Menghadapi kelompok ini, kita tidak boleh terlalu reaktif dengan melakukan tindakan-tindakan represif," ujar Hatta, Selasa (11/10), di Jakarta. Penyelesaian persoalan yang berdimensi internal ini, menurutnya pendekatan yang dilakukan hendaknya bersifat persuasif yang dilandasi oleh cinta kasih antara sesama anak bangsa.
Sedangkan tantangan eksternal, ditegaskan Hatta, secara gradual Indonesia dihadapkan pada perubahan tatanan dunia melalui arus globalisasi. "Sadar atau tidak sadar, jika tidak dikelola dengan baik, globalisasi dapat mengikis semangat nasionalisme kita. Kecintaan pada negeri sendiri dapat berkurang akibat terbukanya arus informasi dan teknologi yang sangat sulit dihindari," tuturnya.
Secara tidak langsung, tatanan sistem sosial, politik, ekonomi, dan budaya Indonesia, kata Hatta, mendapatkan pengaruh dari luar, yang tidak semuanya bernilai positif, atau sesuai dengan harkat dan karakter kita sebagai sebuah bangsa. Tantangan globalisasi semacam inilah yang ditegaskannya harus dijawab dengan melakukan internalisasi terhadap ideologi nasionalisme beserta perangkat norma yang mengokohkannya.
"Jadi kita tidak perlu takut dan gamang terhadap fenomena pluralisme global. Secara faktual bangsa Indonesia dengan ratusan suku, ratusan bahasa, serta agama dan keyakinan, adalah bangsa paling pluralis di muka bumi. Globalisasi bukanlah musuh yang harus ditakuti, sebaliknya justru potensial untuk meningkatkan posisi Indonesia di pentas internasional."
Hatta menambahkan nasionalisme saat ini harus mampu mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia. Instrumen penting yang digunakan adalah kehidupan yang demokratis, penegakan dan supremasi hukum, dan pembangunan ekonomi. Bersamaan dengan itu, perlu dirumuskan pemaknaan baru nasionalisme. Kalau dulu, semangat itu jadi landasan mengusir penjajah, sekarang semangat itu harus dijadikan landasan menuju bangsa yang maju, terhormat, dan bermartabat.