Senin 03 Oct 2011 09:04 WIB

Kementan Kembangkan Tiga Komoditas di LuarJawa

Rep: agus yulianto/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,MAKASSAR--Pemerintah melalui Kementerian Pertanian, terus mengembangkan produk pertaniannya di luar pulau Jawa. Ada tiga provinsi yang dinilai cocok untuk menggenjot produksi pertanian rantaseperti kedelai, jagung dan gula.

"Tanah di Jawa sudah tidak mungkin lagi untuk pengembangan lahan pertanian," kata Menteri Pertanian, Suswono saat melakukan penanaman perdana jagung unggul hibrida di Kabupaten, Maros, provinxi Sulawesi Selatan, Senin (3/10).

Karena itu, sambung Suswono, pengembangan perluasan itu harus dilakukan di luar Jawa. Tiga daerah yang dinilai cocok untuj perluasan tanaman kedelai, jagung dan tebu itu adalah Kalimantan, Sulawesi dan sebagian Sumatera.

"Pemerintah ingin pada 2014 mendatang, produk pertanian kita sudah bisa berswasembada semua," katanya. Karena itu, perluasan ke luar Jawa sudah sangat mendesaj.

Untuk komoditi gula (tebu) minimal ditambah menjadi 390 ribu hektare, kedelai 500 ribu hektare, dan jagung 370 hektare. Namun, kata Suswono, penagturan jadwal tanam ketiga jenis komoditi pertanian itu harus dilakukan secara terintegrasi.

Hal ini, kata Suswono, agar tidak terjadi penurunan harga saat panen. pasalnya bila satu daerah sedang panen kedelai dan harga jualnya bagu, maka daerah lainnya ikut-ikutan menanam kedelai. "dengan pola seperti itu, maka akan ada produk yang berkurang dan harga bergerak naik," ucapnya.

Kondisi sulitnya pemasaran hasil produk pertanian yang menyababkan harga anjlok juga terjadi pada petani jagung di Kabupaten Maros. Menurut Burhanudin (40 tahu) petani asal Desa Bule Sibata, Kabupaten Maros, harga jagun turun menjadi Rp 1.000 per kg saat panen raya, sekarang.

Akibatnya, kata dia, petani harus mengalami keurigan yang cukup besar. Dia mencontohkan, bila per hektare dihasilkan 4 ton jagung, maka akan diperoleh pendapatan Rp 4 juta.

Padahal, harga jual dalam posisi normal sebesar Rp 2.500 per kg. Sedangkan , modal usahatani yang harus dikeluarkan mencapai Rp 5 juta per hektar.

"jadi kita rugi bila harga jual itu sedang jatuh," ucapnya. Untuk itu, petani jagung Maros meminta menteri membantu petani untuk pemasarannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement