REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang diberikan oleh perusahaan rokok kepada lembaga pendidikan, dinilai oleh Dr Imam B Prasodjo, pakar sosiologi UI sebagai salah satu bentuk iklan rokok yang terselubung.
Beberapa perusahaan rokok memang menyalurkan dana CSR dengan memberikan beasiswa dan fasilitas lain. Namun mereka masih mencantumkan logo perusahaan di produk yang diberikan.
Banyaknya spanduk dengan label rokok di perpustakaan kampus universitas, ia mencontohkan, tak berbeda dengan mempromosikan rokok di kalangan institusi pendidikan. "Kalau mau kasih dana CSR ya kasih saja, nggak usah dikasih lebel rokok. Itu sama saja promosi", kata penasehat Komnas Pengendalian Tembakau ini, Kamis (29/9) di Kantor Yayasan Jantung Indonesia.
"Jangan sampai nanti ada Fakultas Kedokteran, bikin rumah sakit, tapi disponsori rokok", katanya. Ia sangat prihatin dengan banyaknya iklan rokok yang semakin marak. Ia menganalisa, perusahaan rokok kini memiliki target perokok baru yakni di kalangan wanita dan anak-anak.
"Saat ini perokok wanita mencapai 5 persen", ungkapnya. Ia menilai perusahaan rokok sedang dalam upaya gencar untuk menjadikan 95 persen lainnya menjadi konsumen rokok. Ia menilai iklan-iklan rokok yang beredar di televisi sengaja desain untuk mempengaruhi masyarakat agar berpikir bahwa merokok adalah bagian dari gaya hidup.
"Sekarang sudah mulai dibuat rokok dengan kemasan seperti lipstik agar wanita yang merokok merasa menjadi wanita modern", ungkapnya prihatin.