Senin 26 Sep 2011 23:40 WIB

BIN Usulkan Informasi Intelijen Jadi Alat Bukti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Badan Intelijen Negara Sutanto mengusulkan agar informasi intelijen bisa menjadi alat bukti bagi kepolisian dalam melakukam pemberantasan terorisme.

"Kendala kepolisian dalam pemberantasan terorisme saat ini adalah kurangnya alat bukti untuk melakukan penindakan seperti diatur dalam aturan perundangan," kata Sutanto usai rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin (26/9).

Rapat kerja antara `Komisi I DPR RI dan Kepala BIN mengagendakan pembahasan Rancangan Undang Undang (RUU) tentang Intelijen Negara serta penjelasan Kepala BIN soal aksi bom bunuh diri di Solo.

Menurut dia, koordinasi antara BIN dan Polri sudah berjalan baik, tapi terkendala pada aturan perundangan dalam proses pemberantasan terorisme. Polri yang mendapat informasi dari BIN, kata dia, tetap mengalami kendala karena informasi intelijen belum cukup untuk melakukan penangkapan terhadap pelaku teror tanpa didukung alat bukti.

"Karena itu, kami mengusulkan agar informasi dari intelijen bisa diatur dalam aturan perundangan sebagai salah satu alat bukti bagi kepolisian untuk menangkap pelaku teror," katanya.

Sutanto menjelaskan, Kepolisian maupun Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), tidak dapat menindaklanjuti informasi dari intelijen maupun dari institusi lain dengan menangkap pelaku teror tanpa memiliki alat bukti.

"Kalau informasi intelijen saja tanpa didukung alat bukti lain tidak bisa diproses secara hukum. Informasi bukan alat bukti. Ini jadi kendala hukumnya," kata Sutanto. Menurut dia, perlu penguatan aturan perundangan agar informasi intelijen dapat ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.

"Kalau informasi intelijen bisa jadi alat bukti, tentu akan sangat efektif dalam penanganan masalah teror," kata mantan Kepala Polri itu. Sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, bahaya terorisme merupakan ancaman nyata dan tidak mengada-ada.

Presiden meminta agar aparat keamanan dan intelijen menjalankan fungsinya dengan maksimal untuk mencegah aksi terorisme seperti terjadi di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton, Solo, Jawa Tengah, Minggu (25/9).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement