REPUBLIKA.CO.ID, DUMAI - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Provinsi Riau di Pekanbaru menyatakan berdasar hasil analisa satelit cuaca NOAA 18, terdapat grafik peningkatan jumlah titik api di Sumatra setiap harinya.
Analis BMKG Riau, Marzuki, Rabu (3/8), ketika dihubungi melalui telepon menyebutkan pada Selasa (2/8) satelit cuaca "National Oceanic and Atmospheric Administration" (NOAA) 18 mendeteksi sedikitnya ada 298 "hot spot" di Sumatra.
Jumlah tersebut jauh meningkat dibandingkan hari sebelumnya, Senin (1/8), masih sebanyak 267 titik api, dan pada Minggu (31/7) lalu ekitar 41 titik api di Sumatra.
Sebanyak 298 titik api tersebut tersebar di sejumlah wilayah provinsi, seperti Aceh ada sembilan titik api, Sumatra Utara 34, Sumatra Barat 10, Jambi 47, Sumatra Selatan 56, Bengkulu tiga dan Lampung enam serta Bangaka Belitung dua "hot spot".
"Untuk Provinsi Riau sendiri, ada sekitar 131 titik api. Jumlah ini menurun dibandingkan sebelumnya (Senin 1/8) yang sempat mencapai 204 titik. Namun, secara global se Sumatra, titik api kali ini jumlahnya jauh meningkat," ujarnya.
Menurut Marzuki, berkembangnya jumlah titik api Sumatra disebabkan masih minimnya hujan dan tingginya tingkat kekeringan di sejumlah wilayah Sumatra. Udara kering itu menyulut terjadinya kebakaran hutan dan ahan dengan luasan diatas 10 hektare setiap titiknya.
"Kondisi minim hujan atau cuaca kering kita prediksi untuk Sumatra dan Riau masih akan terjadi hingga sehari kedepan, namun pada Jumat (5/8) sebagian wilayah Riau khususnya Riau bagian Selatan berpotensi dilanda hujan dengan intensitas sedang," katanya.
Potensi hujan di Riau bagian Selatan itu kata Marzuki, dimungkinkan turun pada sore hingga malam hari namun sifatnya masih lokal. "Hujan ini hanya akan terjadi apabila pembentukan awan hitam optimal atau tidak terpecah oleh tiupan angin kencang yang juga berpotensi melanda sebagian Riau yakni dengan kecepatan 5-30 kilometer per jam," demikian Marzuki.