REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM--Bahasa Indonesia yang sebagiannya mengambil dari bahasa lain dituding tidak mengakomodasi kepentingan umat Islam. Hal itu disampaikan oleh Pakar Bahasa dari Universitas Mataram, Mahsun, saat diskusi panel tentang Problematika Terjemah Alquran, yang diselenggarakan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMA) Balitbang dan Diklat Kementerian Agama, pada Rabu (22/6) di Mataram.
Menurut Mahsun, penggunaan transliterasi Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia cenderung bersifat politis. "Banyak kosa kata yang diambil dari Bahasa Arab, khususnya istilah dalam Alquran yang menjadi kitab suci umat Islam, sering ditulis dengan transliterasi yang membingungkan," ujarnya.
Mahsun mencontohkan beberapa istilah ibadah umat Islam, seperti shalat ditulis menjadi salat. Kemudian Zhuhur dengan Zuhur, Qalbu jadi kalbu, Shalawat jadi selawat, Ramadhan jadi Ramadan, serta wassalam jadi wasalam. "Ini yang membuat banyak orang jadi keliru dalam menggunakannya," ujarnya.
Apalagi, jelas Mahsun, setiap kata itu telah memiliki makna dari arti yang sesungguhnya. Seperti diketahui, Ramadhan (pakai 'h') maknanya adalah membakar. Sedangkan ramadan (tanpa 'h') maknanya adalah orang yang sakit mata.
Karena itu, Mahsun meminta adanya perbaikan orang-orang yang berada di Badan Pengembangan dan Perlindungan Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas).